Followers

Friday, May 3, 2013

.DERAJAT KOMPETISI


A.DERAJAT  KOMPETISI
  Kompetisi pada tanaman secara umum berkaitan dengan kebutuhan akan:
   o   Nutrisi
   o   Air
   o   Cahaya
   o   Karbondioksida
   o   O2
 
      faktor-faktor yang berkaitan terhadap masing-masing gulma dan tanaman budidaya yaitu :

  
-Kompetisi akan cahaya

    Apa saja yang mempengaruhi penyerapan cahaya oleh daun dapat mempengaruhi kompetisi untuk cahaya.
    Faktor yang berpengaruh dalam berkompetisi terhadap cahaya:
    Luas permukaan daun
    Sudut dan letak susunan daun
    Pengaruh kanopi.
Cahaya yang sampai pada daerah di bawah kanopi mengalami penurunan intensitas dan mutu untuk tujuan fotosintesa.
        Kecepatan penyerapan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, misalnya:
   o   Suhu
   o   Jenis tanah
   o   Bentuk perakaran
  
    Sifat-sifat yang mempengaruhi kompetisi gulma pada dalam tanah :
            1.    Penetrasi akar yang cepat dan pesat ke dalam tanah
            2.    Kepadatan akar yang tinggi
            3.    Perbandingan akar/tajuk yang tinggi
            4.    Perbandingan panjang/berat akar yang tinggi
            5.    Proporsi yang besar dari sistem akar yang aktif tumbuh
            6.    Panjang rambut-rambut akar, Berpotensi besar dalam menyerap nutrisi
            B. DARAJAT KOMPOTENSI GULMA TERHADAP TANAMAN
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.
1.Derajat kompetisi memperebutkan hara
 Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik  yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman.
2. Derajat kompetisi memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air  untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis.
3. Derajat kompetisi memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari.Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini :
-Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Suroto dkk. (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25, 50 dan 100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.

-Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman pokok berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai contoh kemampuan bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan tuton (Echinochloa colonum) terhadap tanaman padi tidak sama atau berbeda.
-  Saat kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun-Lama keberadaan gulma
-   Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
-Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman pokok
- Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
-Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
C.KOMPETENSI  INTRASPESIFIK DAN INTERSPESIFIK
Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan cahaya, air, hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya. Apabila dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka akan perakaran kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat satu sama lain dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum dimana setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
D. KLASIFIKASI GULMA
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan. Cara klasifikasi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Masing-masing kelompok memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian. Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :
1.    Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
a.    Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati).
b.   Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun.
c.    Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun).
Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan menjadi dua :
1). Simple perennial,
2). Creeping perennial,
2.    Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a.    Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus
b.   Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds
2). Gulma air tawar (fresh water weeds
a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds), contohnya Eichornia crassipes.
b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds.)
c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp.
d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh Panicum repens,.
3.    Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a.     Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli
b.    Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus
c.     Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica
4.    Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :
a.    Monocotyledoneae, gulma berakar serabut
b.   Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang
c.    Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora
5.    Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :
a.    Golongan rumput (grasses)
b.   Golongan teki (sedges)
c.    Golongan berdaun lebar (broad leaves)
6.    Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :
a.    Gulma obligat (obligate weeds)
b.   Gulma fakultatif (facultative weeds)
7.    Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan dalam :
a.    Gulma non parasit,
b.   Gulma parasit

5.  CARA-CARA PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah.Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara :
1.   Preventif (pencegahan)
Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarkan gulma baru antara lain adalah :
a.    Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma
b.   Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang
c.    Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak
d.   Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan
e.    Pembersihan ternak yang akan diangkut
f.     Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya.

2.   Pengendalian gulma secara fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :
a.    Pengolahan tanah
b.   Pembabatan (pemangkasan, mowing)
c.    Penggenangan
d.   Pembakaran
.           e.    Mulsa (mulching, penutup seresah)

1.   Pengendalian gulma dengan sistem budidaya
Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
a. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
b. Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma.
Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma.
Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma.
Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas.
c. Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops)
Mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri.


2.   Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan  terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis.
Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan pengendalian Salvinia sp. dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.
3.   Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.
4.   Pengendalian gulma secara terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Nama lainnya adalah herba atau rumput. Dalam dunia pertanian, istilah yang populer adalah gulma, sedangkan para petani banyak yang menamakan rumput. Di sawah, ladang, huma, kebun, atau lahan pertanian lainnya, banyak sekali jenis rumput yang mengganggu tanaman pokok. Jadi gulma adalah tanaman liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman yang ditanam manusia, sehingga manusia berusaha untuk mengatasinya. Gulma diberantas karena gulma sangat mengganggu tanaman dalam mengambil makanan, sehingga mengakibatkan turunnya hasil pertanian. Selain itu juga merugikan manusia, karena gulma ada yang mngandung racun ( Matnawy, 1992).
Gulma sering dikonotasikan ke dalam kompetisi/campur tangannya terhadap aktivitas dalam pertanian. gulma tidak dikehendaki karena: (a) menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang hidup. (b) menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma (c) mengeluarkan senyawa allelopati yang dapat menggamggu pertumbuhan tanaman (d) menjadi inang/host bagi hama dan pathogen yang menyerang tanaman (e) mengganggu tata guna air dan (f) secara umum meningkatkan biaya usaha tani karena peningkatan kegiatan dipertanaman (Sukman dan Yakup, 1991).
Persaingan (competition) diartikan sebagai perjuangan dua organisme atu lebih untuk memperebutkan objek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal yaitu unsur hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2. Persaingan terjadi bila unsur-unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jujlah yang cukup bagi keduanya. Persaingan antar gulma dengan tanaman adalah persaingan inter spesifik karena terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda, sedangkan persaingan yang terjadi antar spesies tumbuhan yang sama merupakn persaingan intra spesifik (Sukman dan Yakup, 1991).
Penyebab utama terhambatnya pertumbuhan dan turunnya produksi oleh gulma, yakni terjadinya persaingan dalam pengambilan unsur-unsur hara dalam tnh, air tanah, ruang untuk tumbuh, dan cahya matahari, serta adanya gulma tertentu yang mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan (alelopati), antara lain alang-lang, sembung rambat dan teki. Dengan car menghilangkan atau setidaktidaknya mengurangi terjadinya persaingan, niscaya pertumbuhan tanaman utama akan tumbuh normal. Namun usaha tadi pada umumnya sebagian besar Dario waktu dan biaya adalah digunakan untuk mengatasi masalah gulma (Moody, 1986).
Menurut Dowson dan Hotstum cit. Pamplona ( 1975 ), gulma dapat menurunkan hasil tanaman budidaya dengan beberapa cara yaitu:
  • Menekan pertumbuhan dan mereduksi hasil dengan jalan bersaing dengan tanaman budidaya. persaingan ini terutama dalam hal air, unsur hara, cahaya, ruang tumbuh dan CO2.
  • Gulma berfungsi sebagai inang bagi bermacam-macam hama dan penyakit untuk tanaman budidaya.
  • Gulma dapat menurunkan mutu makanan dan mengganggu ternak.
  • Pada irigasi, gulma dapat mengurangi efisiensi penggunaan air karena gulma menyebabkan transpirasi dan respirasi sekitar 8 kali lebih besar.
  • Adanya hasil-hasil metabolisme atau sisa-sisa gulma yang dapat menghambat atau bahkan mematikan tanaman budidaya. Beberapa sifat tumbuhan yang dapat mempengaruhi derajat kompetisi terhadap faktor-faktor pertumbuhan yang ada didalam tanah telah diidentifikasi yaitu (1) kemampuan penetrasi akar kedalam tanah yang awal dan cepat (2) tingkat kepadatan akar yang tinggi (3) perbandingan akar dan batang/rumpun yang tinggi (4) panjang dan berat akar yang besar (5) mempunyai proporsi akar yang masih hidup dan aktif yang tinggi (6) mempunyai bulu-bulu akar yang panjang (7) mempunyai potensi penyerapan hara yang tinggi. Tumbuh-tumbuhan yang mempunyai kemampuan penyerapan hara yang melebihi efisiensi pemanfaatannya akan mempunyai kemampuan berkompetisi yang tinggi. beberapa jenis gulma yang mempunyai daya kompetisi tinggi menyimpan hara yang melebihi tingkat kebutuhannnya ( Sastroutomo, 1990 )
TINJAUAN PUSTAKA
Periode kritis
Kompetisi ialah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang
mempunyai pengaruh negatif bagi kedua pihak. Kompetisi dalam suatu komunitas tanaman terjadi karena terbatasnya ketersediaan sarana tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh normal (Aldrich, 1984).Sifat-sifat karakteristik yang dimiliki oleh gulma maupun tanaman  budidaya sangat mempengaruhi derajat kompetisi dan dimodifikasi oleh factor lingkungan seperti iklim, perilaku tanah, dan organisme pengganggu tanaman(Trenbath, 1976).Kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman, maka tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai klimaks kemudian akan menurun secara bertahap. Saat (periode) tanaman peka terhadap kompetisi gulma disebut periode kritis. Di luar periode tersebut gulma tidak menurunkan hasil tanaman sehingga boleh diabaikan (Soejono, 2009).Derajat kompetisi tertinggi terjadi pada saat periode kritis pertumbuhan. Hal tersebut disebabkan keberadaan gulma sangat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Periode kritis ialah periode atau saat dimana gulma dan tanaman budidaya berada dalam keadaan saling berkompetisi secara aktif (Zimdahl, 1980).Gulma tanaman jagung Turunnya produksi beberapa varietas dapat dilihat dari gangguan yang bervariasi, biomassa, atau produksi biji gulma yang bersamaan dengan tanaman utama. Beberapa gejala serangan telah dilihat pada beberapa varietas tanaman (Callaway, 1990). Gulma yang tumbuh pada pertanaman jagung berasal dari biji gulma itu sendiri yang ada di tanah. Jenis-jenis gulma yang mengganggu pertanaman jagung perlu diketahui untuk menentukan cara pengendalian yang sesuai. Selain jenisngulma, persaingan antara tanaman dan gulma perlu pula dipahami, terutama dalam kaitan dengan waktu pengendalian yang tepat. Jenis gulma tertentu juga perlu diperhatikan karena dapat mengeluarkan senyawa allelopati yang meracuni tanaman (Fadhly dan Fahdiana, 2009). Gulma menyaingi tanaman terutama dalam memperoleh air, hara, dan cahaya. Menurut penelitian yang dilakukan di Mexico, tanaman jagung sangat peka terhadap tiga faktor ini selama periode kritis antara stadia V3 dan V8, yaitu stadia pertumbuhan jagung di mana daun ke-3 dan ke-8 telah terbentuk. Sebelum stadia V3, gulma hanya mengganggu tanaman jagung jika gulma tersebut lebih besar dari tanaman jagung, atau pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan. Antara stadia V3 dan V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan oleh gulma. Setelah V8 hingga matang, tanaman telah cukup besar sehingga menaungi dan menekan pertumbuhan gulma. Pada stadia lanjut pertumbuhan jagung, gulma dapat mengakibatkan kerugian jika terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat dan menaungi tanaman (Lafitte, 1994). Jenis gulma yang tumbuh pada lahan penelitian jagung yang dilaksanakan di daerah Malang dengan jenis tanah andosol coklat yaitu Cynodon dactylon (Grinting), Echinocloa colona (Tuton), Commelina sp (Jleboran), Cyperus rotundus (Teki), Marselia crenata (Semanggi), Amaranthus spinosus (Bayam), Ageratum conizoides (Wedusan), Eleusine indica (Lulangan), dan Protulaca oleraceae (Krokot). Periode kritis pada jagung pada penelitian tersebut antara hari ke-20 dan 45 (Moenandir, 2010). Pengendalian gulma tanaman jagung Pemahaman tentang periode kritis penting dalam menbentuk strategi usaha untuk meminimalkan gangguan gulma selama tanaman tumbuh. Kemiringan lahan, iklim, genetik tanaman dan budi daya seperti pengolahan lahan, kesuburan tanah, persemaian dan jarak tanam merupakan beberapa faktor yang mungkinmempengaruhi periode kritis penanganan gulma yang dipicu oleh jenis gulma,kepadatan gulma, periode gulma merugikan tanaman dan pertumbuhan gulma (Evans et al, 2003). Produksi menurun disebabkan oleh beberapa faktor, tapi kemungkinan besar yaitu kerapatan gulma yang diikuti dengan kondisi lahan di awal pertumbuhan. Berdasarkan informasi yang ada, harus dilakukan konservasi awal pada saat post emergence sebelum tinggi gulma mencapai 10-12,5 cm (Hartzler, 1992).Pada beberapa sistem panen, pertumbuhan gulma berhubungan dengan besar produksi yang diperoleh. Sehingga kedua hal ini harus diketahui dalam pengendalian gulma. Sebelum herbisida dipakai secara luas, tumpang sari, rotasi


tanaman, olah tanam dan penyiangan merupakan perpaduan sistem penanganan
 gulma (Regnier and Janke, 1990). Pada beberapa tanaman, jarak tanam yang lebar bisa meningkatkan kompetisi tanaman karena bentuk kanopi dengan perbaikan lahan dan pengurangan jumlah dan frekuensi pemakaian herbisida. Dalam hal ini, jagung tidak dapat dikecualikan. Pada beberapa pengamatan, hal ini dapat meningkatkan hail dan penyerapan cahaya sehingga biomassa gulma semakin sempit (Murphy et al, 1996).Perkembangan menekankan pentingnya menentukan periode kritis dalam penanganan gulma Informasi tersebut membantu menentukan usaha yang dilakukan dalam program penanganan gulma terutama pada aplikasi herbisida pasca tumbuh. Penentuan periode kritis menghasilkan interval waktu yang digunakan untuk menangani
gulma selama tanaman tersebut tumbuh (Ghosheh et al, 1996).pemakaian herbisida pasca tumbuh pada jagung
SIFAT DARI KOMPETISI GULMA
Parameter Kompetisi
v  Kompetisi terjadi bila:
o   Ada kebutuhan yang sama
o   Yang dibutuhkan terbatas
v  Kompetisi pada tanaman secara umum berkaitan dengan kebutuhan akan:
o   Nutrisi
o   Air
o   Cahaya
o   Karbondioksida
o   O2
v  KOmpetisi terhadap satu factor dapat menyebabkan perubahan bentuk pertumbuhan dari tanaman yang berkompetisi.  Karenanya, mengubah kemampuan mereka untuk mendapatkan factor-faktor pertumbuhan lainnya dari lingkungan.
v  Meskipun faktor-faktor untuk pertumbuhan yang diperebutkan hanya beberapa, tetapi prosesnya menjadi kompleks karena adanya interaksi dari faktor-faktor yang berkaitan terhadap masing-masing gulma dan tanaman budidaya
Kompetisi di atas tanah
v  Kebutuhan tanaman yang diperoleh di atas tanah yaitu cahaya dan CO2.  Namun untuk CO2 tidak terjadi kompetisi.
Kompetisi akan cahaya
Ù  Apa saja yang mempengaruhi penyerapan cahaya oleh daun dapat mempengaruhi kompetisi untuk cahaya.
Ù  Faktor yang berpengaruh dalam berkompetisi terhadap cahaya:
§  Luas permukaan daun
§  Sudut dan letak susunan daun
§  Pengaruh kanopi.
Cahaya yang sampai pada daerah di bawah kanopi mengalami penurunan intensitas dan mutu untuk tujuan fotosintesa.
Kompetisi di bawah tanah:
Ù  Meliputi:  Hara, air, dan udara
Ù  Kecepatan penyerapan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, misalnya:
o   Suhu
o   Jenis tanah
o   Bentuk perakaran
Ù    Penguapan merupakan sumber penggerak untuk terjadinya tekanan air yang mengakibatkan pengaliran air termasuk hara terlarut & O2 ke dalam tumbuh2an.
Ù    Hara merupakan factor yang paling penting dalam persaingan antara gulma dan tanaman budidaya.
Ù    Sejauhmana persaingan atau kompetisi berlaku adalah sangat bergantung pada banyaknya unsur hara yang tersedia dalam tanah dan jumlah tumbuhan yang terlibat.
Ù    Unsur-unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak: C,H, O, N, P, S, Ca, &Mg; karena unsur-unsur ini merupakan pembentuk protoplasma, selaput dan dinding sel.
Ù    Disamping itu, terdapat 12 unsur lain yang diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil. 
Ù    Setengah dari unsur-unsur ini tersedia dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam tanah sehingga menimbulkan kompetisi.
Ù    Gulma-gulma tertentu berkompetisi lebih unggul terhadap hara dibandingkan tanaman budidaya, sehingga perlu dilakukan penanganan gulma.
Ù    Varietas tanaman memberikan variasi dalam kemampuannya berkompetisi terhadap hara.
Ù    Kompetisi antara gulma dan tanaman budidaya seringnya terjadi terhadap air dan N, tetapi jarang terjadi terhadap K dan P, karena K dan P terikat kuat di dalam tanah.
Ù    Sifat-sifat yang mempengaruhi kompetisi bawah tanah
1.               Penetrasi akar yang cepat dan pesat ke dalam tanah
2.               Kepadatan akar yang tinggi
3.               Perbandingan akar/tajuk yang tinggi
4.               Perbandingan panjang/berat akar yang tinggi
5.               Proporsi yang besar dari sistem akar yang aktif tumbuh
6.               Panjang rambut-rambut akar, Berpotensi besar dalam menyerap nutrisi
Ù    Keunggulan gulma/budidaya akan salah satu factor dapat membawa/ menyebabkan keunggulan akan hal-hal lainnya.
KONSEP DAN KESIMPULAN
·         Daun adalah tempat kompetisi akan akan cahaya
·         Cahaya tidak dapat ditransfer atau disimpan dalam tumbuhan; karena itu tinggi tanaman adalah penentu dalam berkompetisi terhadap cahaya
·         Cahaya merupakan factor yang paling banyak diperebutkan
·         Kebanyakan gulma, terutama yang setahun sangat tidak toleran terhadap naungan
·         Kompetisi terhadap faktor-faktor dalam tanah tidak terjadi kecuali daerah penyerapan akar dari dua tanaman yang berdekatan, overlapping.
·         Derajat kompetisi dari gulma dan tanaman budidaya terhadap faktor-faktor bawah tanah sangat ditentukan oleh volume tanah yang dikuasai/dihuni oleh perakaran masing-masing.
·         Kompetisi jarang terjadi hanya terhadap satu faktor pertumbuhan karena adanya interaksi antara kompetisi dan bentuk/laju pertumbuhan tanaman.
·         Usaha-usaha untuk menyediakan faktor-faktor yang dikompetisikan untuk memenuhi baik kebutuhan gulma dan tanaman budidaya adalah tidak praktis.




Gejala primer
Maize is very sensitive to weed competition during the critical period between the V3 and the V8 stages. Jagung sangat sensitif terhadap persaingan gulma selama periode kritis antara V3 dan tahap V8.
Weeds damage the crop primarily by competing for light, water, and nutrients. Gulma merusak tanaman terutama dengan bersaing untuk cahaya, air, dan nutrisi.
Confirm the problem by checking the tables below. Konfirmasi masalah dengan memeriksa tabel di bawah ini.
Summary Ringkasan
Causes of high weed competition Penyebab kompetisi gulma tinggi
Additional evidence required Bukti tambahan diperlukan
Poor manual weed control. Buruk gulma kontrol manual.
Ask the farmer about the timing, frequency, and methods of weeding. Tanyakan petani tentang waktu, frekuensi, dan metode penyiangan.
Weeding too late. Penyiangan terlambat.
Look for large dead weeds lying in the field and stunted maize. Carilah gulma mati besar tergeletak di lapangan dan jagung terhambat. Ask the farmer about when he controlled weeds. Tanyakan petani tentang saat ia dikendalikan gulma.
Ineffective herbicide application. Efektif herbisida aplikasi.
Ask the farmer about conditions during application. Tanyakan petani tentang kondisi selama aplikasi.
Planting delayed after land preparation. Penanaman ditunda setelah persiapan lahan.
Ask the farmer for dates of field operations. Mintalah petani untuk tanggal operasi lapangan.
Problem weed species not controlled by current method. Soal spesies gulma tidak dikendalikan dengan metode saat ini.
Identify weed species. Mengidentifikasi spesies gulma. The perennials are poorly controlled manually. Para tanaman keras yang kurang terkontrol secara manual. Most herbicides only control certain types of weeds (see Table 9 below). Herbisida yang paling hanya mengontrol beberapa jenis gulma (lihat Tabel 9 di bawah ini).
Alleopathic weed. Alleopathic gulma.
Identify weed species (see Table 8 below). Mengidentifikasi spesies gulma (lihat Tabel 8 di bawah ini).
If the land has been used for continuous maize cropping for many years, the load of weed seeds will be very high. Jika lahan telah digunakan untuk tanam jagung terus menerus selama bertahun-tahun, beban benih gulma akan sangat tinggi.
Ask the farmer about the history of the field. Tanyakan petani tentang sejarah lapangan.
The importance of weed competition in maize depends on four factors: the crop growth stage, the amount of weeds present, the degree of water and nutrient stress, and the weed species. Pentingnya kompetisi gulma pada jagung tergantung pada empat faktor: tahap pertumbuhan tanaman, jumlah gulma ini, tingkat air dan stres gizi, dan spesies gulma. Weeds damage the crop primarily by competing for light, water, and nutrients. Gulma merusak tanaman terutama dengan bersaing untuk cahaya, air, dan nutrisi. Maize is very sensitive to this competition during the critical period between the V3 and the V8 stages. Jagung sangat sensitif terhadap kompetisi ini selama periode kritis antara V3 dan tahap V8.
Before the V3 stage, weeds are usually important only if they are larger than the maize or if the crop is suffering from water stress. Sebelum tahap V3, gulma biasanya penting hanya jika mereka lebih besar dari jagung atau jika tanaman menderita stres air. Maize needs a period between the V3 and V8 stages when few weeds are present. Jagung membutuhkan waktu antara V3 dan tahapan V8 saat gulma sedikit yang hadir. From the V8 stage to maturity, the crop usually reduces the sunlight reaching the weeds enough to provide good weed control. Dari tahap V8 hingga jatuh tempo, tanaman biasanya mengurangi sinar matahari mencapai gulma cukup untuk menyediakan pengendalian gulma yang baik. In the later part of the cycle, weeds are important mainly if water or nutrient stress is a problem, or if a very aggressive weed overtops the maize and shades it, or if the weed has some allelopathic effect. Pada bagian akhir dari siklus, gulma penting terutama jika air atau stres gizi adalah masalah, atau jika gulma sangat agresif overtops jagung dan nuansa itu, atau jika gulma memiliki beberapa efek allelopati. In addition, some weeds make harvesting difficult, and thus increase production costs. Selain itu, beberapa gulma membuat panen sulit, dan dengan demikian meningkatkan biaya produksi.
Some weed species cause more damage than others. Beberapa spesies gulma menyebabkan kerusakan lebih dari yang lain. This can be because the weeds actually produce toxic substances which damage the crop (allelopathy) or because the weeds are very effective competitors for water or nutrients. Hal ini dapat terjadi karena gulma benar-benar menghasilkan zat-zat beracun yang merusak tanaman (allelopathy) atau karena gulma pesaing yang sangat efektif untuk air atau nutrisi. Some weed species which are reported to be allelopathic are listed in Table 8 below. Beberapa spesies gulma yang dilaporkan allelopati tercantum dalam Tabel 8 di bawah ini.
Are weeds a problem? Apakah gulma masalah?
Note: These observations should be made before the maize reaches the 8-leaf stage. Catatan: Observasi ini harus dilakukan sebelum jagung mencapai tahap 8-daun. If the farmer controls weeds, you should make the observations just before the farmer cultivates or applies herbicide, and note the crop growth stage. Jika petani mengendalikan gulma, Anda harus membuat pengamatan sebelum petani memupuk atau berlaku herbisida, dan perhatikan tahap pertumbuhan tanaman. If you visit the field after flowering, it will be difficult to estimate the importance of weeds on yield. Jika Anda mengunjungi lapangan setelah berbunga, akan sulit untuk memperkirakan pentingnya gulma pada hasil.
Evidence: observations. Bukti: pengamatan.
Examine a 5-m length between the rows at 10 random locations in the field. Periksa panjang 5-m antara baris pada 10 lokasi secara acak di lapangan.
  1. Are many weeds larger than the crop? Apakah gulma banyak lebih besar dari tanaman? Is the crop shaded by the weeds? Apakah tanaman yang dinaungi oleh gulma? If so, the weeds are a problem. Jika demikian, gulma masalah.
  2. Is the crop suffering from drought stress? Adalah tanaman yang menderita stres kekeringan? Estimate the percent of sunlight which falls on weeds rather than the crop or bare ground. Perkirakan persen dari sinar matahari yang jatuh pada gulma daripada tanaman atau tanah kosong. That percentage is close to the percentage of the available water which is being used by the weeds rather than by the crop. Persentase dekat dengan persentase air yang tersedia yang digunakan oleh gulma bukan oleh tanaman.
  3. Note the growth stage of the crop. Perhatikan tahap pertumbuhan tanaman. Between the V3 and V8 stages, weed density should be low to avoid yield reduction. Antara V3 dan tahapan V8, kepadatan gulma harus rendah untuk menghindari penurunan hasil.
  4. Do maize plants in weedy spots in the field look different from those growing in clean spots? Apakah tanaman jagung di tempat naga di lapangan terlihat berbeda dari yang tumbuh di tempat yang bersih? This can indicate severe competition for nutrients, water, and light, and/or allelopathic effects. Hal ini dapat mengindikasikan persaingan yang berat untuk nutrisi, air, dan cahaya, dan / atau efek allelopati.
  5. Compare different areas of the field with the photographs below. Bandingkan berbagai wilayah lapangan dengan foto-foto di bawah ini. Estimate the amount of yield loss. Perkirakan jumlah kehilangan hasil. This comparison should be made around the V8 stage. Perbandingan ini harus dibuat di sekitar panggung V8.
  6. What are the main weed types present? Apa saja jenis gulma utama yang hadir? Narrow or broad leaves? Daun sempit atau luas? Annual or perennial? Tahunan atau tahunan? This information is needed to identify a method for addressing weed control problems and to know if toxins produced by the weeds might be important. Informasi ini diperlukan untuk mengidentifikasi suatu metode untuk mengatasi masalah pengendalian gulma dan untuk mengetahui apakah racun yang dihasilkan oleh gulma mungkin penting.
Possible solutions Kemungkinan solusi
  • Recommend improving the method or timeliness of weed control. Merekomendasikan meningkatkan metode atau ketepatan waktu pengendalian gulma.
  • Reduce problems of drought or nutrient stress . Mengurangi masalah kekeringan atau stres gizi .
  • Increase population density of crop and/or N application rate to get more shading of weeds. Meningkatkan kepadatan populasi tanaman dan / atau N tingkat aplikasi untuk mendapatkan shading lebih gulma.
  • Move to another site or rotate with another crop that will allow better control of problem weeds. Pindah ke situs lain atau memutar dengan tanaman lain yang akan memungkinkan kontrol yang lebih baik dari masalah gulma.
The following photos demonstrate the impact of weed growth on maize yields. Foto-foto berikut menunjukkan dampak pertumbuhan gulma pada hasil jagung. Maize at V8 under good, fair, poor, and no weed control. Jagung di bawah V8 yang baik, adil, miskin, dan tidak ada pengendalian gulma. If there were no subsequent weeding, respective yields would be approximately 100, 75, 25, and 8% of potential. Jika tidak ada penyiangan berikutnya, hasil masing-masing akan menjadi sekitar 100, 75, 25, dan 8% dari potensi. In the no-weeding treatment, even if weeds were controlled from this stage on, the crop would already have suffered irreversible damage (note the reduced plant size and early leaf senescence). Dalam pengobatan tanpa penyiangan, bahkan jika gulma dikendalikan dari tahap ini pada, tanaman sudah akan menderita kerusakan permanen (perhatikan ukuran tanaman berkurang dan penuaan dini daun).

BAB IV
GULMA TANAMAN
1.   KERUGIAN AKIBAT GULMA
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan dunia.
Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :
1.    Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2.    Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma.
3.    Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4.    Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan.
5.    Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6.    Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.
7.    Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8.    Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air.
Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma sama besarnya dengan kerugian akibat hama.
RANGKUMAN
Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air.
2.   KOMPETISI
A.   Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.
a.    Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik  yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola manusia.
b.   Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air  untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan  330 – 1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman. Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.
c.    Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhannya yang terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat.
Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih efisien menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu penting untuk memberantas gulma dari familia Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun-rumpun padi yang berjalur C3.
Dari peristiwa persaingan antara gulma dan tanaman pokok didalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari, Eussen (1972) menelorkan rumus :
                        TCV = CVN + CVW + CVL
di mana TCV = total competition value, CVN = competition value for nutrient, CVW = competition value for water dan CVL = competition value for light. Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya.
Besar kecilnya (derajad) persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini.
a.    Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Suroto dkk. (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25, 50 dan 100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.
b.   Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman pokok berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai contoh kemampuan bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan tuton (Echinochloa colonum) terhadap tanaman padi tidak sama atau berbeda.
c.    Saat kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara saat kemunculan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi positif. Hasil penelitian Erida dan Hasanuddin (1996) memperlihatkan bahwa saat kemunculan gulma bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60 dan 75 hari setelah tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 166,22; 195,82; 196,11; 262,28; 284,77 dan 284,82 g/petak (2m x 3m).
d.   Lama keberadaan gulma
Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara lama keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Perlakuan lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 hari setelah tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 353,37; 314,34; 271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan 166,22 g/petak (Erida dan Hasanuddin, 1996).
e.   Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
f.     Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman pokok
g.    Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
h.   Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga mempunyai arti penting. Masing-masing pertanaman memiliki asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang mirip dengan pertanamannnya. Sebagai contoh Echinochloa crusgalli lebih mampu bersaing terhadap padi jika dibandingkan dengan gulma lainnya.
2. Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik
Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan cahaya, air, hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya. Apabila dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka akan perakaran kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat satu sama lain dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya. Dengan demikian perbedaan sifat dan habitus tumbuhanlah yang merupakan penyebab terjadinya persaingan antara individu-individu dalam spesies tumbuhan yang sama (intra spesific competition atau kompetisi intra spesifik) dan persaingan antara individu-individu dalam spesies tumbuhan yang berbeda (inter spesific competition atau kompetisi inter spesifik). Persaingan gulma terhadap pertanaman disebabkan antara lain oleh karena gulma lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya, sehingga pertanaman kalah bersaing dengan gulma tersebut.
3. Periode Kritis
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau munculnya gulma pada periode waktu tersebut dengan kepadatan tertentu yaitu tingkat ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum dimana setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
Periode kritis adalah periode dimana tanaman pokok sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak dilakukan maka hasil tanaman pokok akan menurun. Pada umumnya persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 pertama dari umur pertanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman akan mengurangi kuantitas hasil panenan, sedangkan gangguan persaingan gulma menjelang panen berpengaruh lebih besar terhadap kualitas hasil panenan. Waktu pemunculan (emergence) gulma terhadap pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan. Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan gulma yang berkecambah (2-4 minggu) setelah pemunculan pertanaman sedikit pengaruhnya.
Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka saat penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan atau pengendalian yang dilakukan pada saat periode kritis mempunyai beberapa keuntungan. Misalnya frekuensi pengendalian menjadi berkurang karena terbatas di antara periode kritis tersebut dan tidak harus dalam seluruh siklus hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja menjadi meningkat.
RANGKUMAN
Gulma dan pertanaman mengadakan persaingan memperebutkan hara, air dan cahaya, sehingga TCV = CVN + CVW + CVL. Besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya hasil tanaman pokok, jika dilihat dari segi gulmanya sangat ditentukan oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4), dan ada tidaknya allelopati.
Gulma dan pertanaman adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan serupa untuk pertumbuhan normalnya. Perbedaan sifat dan habitus tumbuhan merupakan penyebab terjadinya kompetisi intra spesifik dan kompetisi inter spesifik.
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu di mana tanaman sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak maka hasil tanaman akan menurun. Pada  umumnya periode kritis terjadi pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau pada saat ¼ - 1/3 pertama dari umur pertanaman. Dengan diketahui periode kritis suatu tanaman maka saat penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan gulma dilakukan pada saat periode kritis.
3.   ALLELOPATI
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol.
Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang (Imperata cylinarica), grinting (Cynodon dactylon), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain.
Eussen (1972) menyatakan, bahwa apabila gulma mengeluarkan senyawa beracun maka nilai persaingan totalnya dirumuskan sebagai berikut :
           TCV = CVN + CVW + CVL + AV
dimana TCV = total competition value, CVN = competition value of nutrient, CVW = competition value of water, CVL = competition value of light, dan AV = allelopathic value. Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma yang mengeluarkan alelopat terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya + nilai alelopatik.
Secara umum alelopati selalu dikaitkan dengan maslah gangguan yang ditimbulkan gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman pangan, dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman, dan pada regenarasi hutan.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara lain dipengaruhi kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4).
1.   Sumber Senyawa Alelopati
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui :
a.    Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
b.   Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
c.    Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d.   Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya  dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata cyndrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ  yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati.
2.   Gulma Yang Berpotensi Alelopati
Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organnya yang telah mati.
Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai potensi mengeluarkan senyawa alelopati dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jenis gulma  yang mempunyai aktivitas alelopati
Jenis gulma
Jenis tanaman pertanian yang peka
Abutilon theoprasti
beberapa jenis
Agropyron repens
berbagai jenis
Agrostemma githago
gandum
Allium vineale
oat
Amaranthus spinosus
kopi
Ambrosia artemisifolia
berbagai jenis
A. trifida
kacang pea, gandum
Artemisia vulgaris
mentimun
Asclepias syriaca
sorgum
Avena fatua
berbagai jenis
Celosia argentea
bajra
Chenopodium album
mentimun, oat, jagung
Cynodon  dactylon
kopi
Cyperus esculentus
jagung
C. rotundus
sorgum, kedelai
Euporbia esula
kacang pea, gandum
Holcus mollis
barli
Imperata cylindrica
berbagai jenis
Poa spp.
tomat
Polygonum persicaria
kentang
Rumex crisparus
jagung, sorgum
Setaria faberii
jagung
Stellaria media
barli
(Sumber : Putnam, 1995)
Telah banyak bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk Agropyron repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus rotundus dan Imperata cylindrica mempunyai pengaruh alelopati, khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari bagian-bagian yang organnya telah mati.
3.   Pengaruh Alelopati
Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain :
*  Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
*  Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
*  Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
*  Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.
*  Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
*  Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan.
*  Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
4.   Pengaruh Alelopati terhadap Pertumbuhan
Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Laporan yang paling awal diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada tanah-tanah bekas ditumbuhi Agropyron repens, pertumbuhan gandum, oat, alfalfa, dan barli sangat terhambat.
Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air dan cahaya bukan merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Lamid dkk. (1994) memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang, semakin besar pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah padi gogo.
Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan misalnya pada teki (Cyperus rotundus). Pengaruh teki terhadap pertumbuhan jagung, kedelai dan kacang tanah juga telah dipelajari dengan metode tidak langsung. Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai konsentrasi telah digunakan dalam percobaan. Sutarto (1990) memperlihatkan bahwa tekanan ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250 ml air menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi kerdil dan kurus, serta potensi hasilnya menurun.
RANGKUMAN
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan senyawa beracun. Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Apabila gulmanya mengeluarkan senyawa beracun maka rumusan nilai persaingan totalnya adalah TCV = CVN + CVW + CVL + AV. Di mana TCV = total competition value, CVN = competition value of nutrient, CVW = competition value of water, CVL = competition value of light, dan AV = allelopathic value.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma dipengaruhi oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4).
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar rizoma, umbi, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan organ tumbuhan. Beberapa gulma yang berpotensi alelopati baik yang masih hidup atau yang sudah mati sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati melalui organ yang berada dia atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Beberapa jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa  alelopati ialah Abutilon theoprasti, Agropyron repens, Agrostemma githago, Allium vineale, Amaranthus spinosus, Ambrosia artemisifolia, A. trifidia, Artemisia vulgaris, Asclepias syriaca, Avena fatua, Celosia argentea, Chenopodium album, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus, C. rotundus, Euphorbia esula, Holcus mollis, Imperata cylindrica, Poa spp. , Polygonum persicaria, Rumex crispus, Setaria faberii, Stellaria media.
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara, pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis, respirasi, sitesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran sel dan menghambat aktivitas enzim.
Alelopati menghambat pertumbuhan tanaman. Agropyron repens menghambat pertumbuhan gandum, oat, alfalfa dan barli. Alang-alang  dan teki baik yang masih hidup maupun yang sudah mati menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman budidaya.
4. KLASIFIKASI GULMA
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.
Cara klasifiksi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang berbeda pula. Masing-masing kelompok memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian. Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :
1.    Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
a.    Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.
b.   Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia biennis.
c.    Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.
Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan menjadi dua :
1). Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila bagian tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh menjadi individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan Rumex sp., apabila akarnya terpotong menjadi dua, maka masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi individu baru.
2). Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak dengan akar yang menjalar (root creeping), batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di dalam tanah (rhizioma). Yang termasuk dalam golongan ini contohnya Cynodon dactylon, Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium vulgare. Beberapa diantaranya ada yang berkembang biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus rotundus dan Helianthus tuberosus. Contoh gulma tahunan populair yang perkembangbiakan utamanya dengan rhizoma adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Dengan dimilikinya alat perkembangbiakan vegetatif, maka gulma tersebut sukar sekali untuk diberantas. Adanya pengolahan tanah untuk penanaman tanaman pangan atau tanaman setahun lainnya akan membantu perkembangbiakan, karena dengan terpotong-potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka pertumbuhan baru akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak dengan pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air tercukupi. Adanya pengendalian dengan frekuensi yang tinggi (sering atau berulang-ulang) baik secara mekanis ataupun secara kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan tertekan juga. Satu cara pengendalian yang efektif, yang juga diperlukan adalah dengan membunuh kecambah-kecambah yang baru muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.
2.    Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a.    Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp. , dan lain sebagainya.
b.   Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, misal di hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum aureum.
2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar. Dikelompokkan lagi ke dalam:
a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds), contohnya Eichornia crassipes, Salvinia cuculata, Pistia stratiotes.
b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds), dibedakan  ke dalam :
*  Gulma yang hidup melayang (submerged not anchored weeds), contoh Ultricularia gibba.
*  Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged anchored weeds), contoh Hydrilla verticillata, Ottelia alismoides, Najas indica, Ceratophyllum demersum.
c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp. , Nymphoides indica.
d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh Panicum repens, Scleria poaeformis, Rhychospora corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia sp., Leersia hexandra, Cyperus elatus.
3.    Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a.     Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata.
b.    Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.
c.     Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes.
4.    Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :
a.    Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens.
b.   Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya Amaranthus spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum.
c.    Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora. Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.
5.    Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :
a.    Golongan rumput (grasses)
*  Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae.
*  Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.
*  Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
*  Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea.
*  Buah disebut caryopsis atau grain.
*  Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.
b.   Golongan teki (sedges)
*  Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.
*  Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.
*  Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).
*  Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung.
*  Buahnya tidak membuka.
*  Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides.
c.    Golongan berdaun lebar (broad leaves)
*  Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta.
*  Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala.
*  Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp.
6.    Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :
a.    Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak pernah dijumpai hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contoh Convolvulus arvensis, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava.
b.   Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara liar dan dapat pula tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp.
7.    Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan dalam :
a.    Gulma non parasit, contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.
b.   Gulma parasit, dibedakan lagi menjadi :
1)    Gulma parasit sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).
Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem.
2)    Gulma semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.
3)   Gulma hiper parasit, contoh Viscum sp.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.
RANGKUMAN
Klasifikasi gulma dapat didasarkan pada siklus hidup, habitat, tempat tumbuh, sistematika, morfologi, asal atau parasit tidaknya.
Berdasarkan siklus hidup gulma dibedakan menjadi gulma setahun, gulma dua tahun dan gulma tahunan. Berdasarkan habitatnya dibedakan menjadi gulma darat dan gulma air. Berdasarkan tempat tumbuhnya dibedakan menjadi gulma yang terdapat di tanah sawah, gulma yang terdapat di tanah kering/tegalan, gulma yang terdapat di tanah perkebunan besar dan gulma yang terdapat di rawa-rawa atau waduk. Berdasarkan sistematikanya dibedakan menjadi gulma Monocotyledoneae, gulma Dicotyledoneae dan gulma Pteridophyta. Berdasarkan morfologinya dibedakan menjadi gulma golongan rumput, gulma golongan teki dan gulma golongan berdaun lebar. Berdasarkan asalnya dibedakan menjadi gulma obligat dan gulma fakultatif. Sedang berdasarkan parasit atau tidaknya dibedakan menjadi gulma non parasit dan gulma parasit.
5.  CARA-CARA PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara :
1.   Preventif (pencegahan)
Cara ini teruatama ditujukan terhadap species-species gulma yang sangat merugikan dan belum terdapat tumbuh di lingkungan kita. Species gulma asing yang cocok tumbuh di tempat-tempat baru dapat menjadi pengganggu yang dahsyat (eksplosif). Misalnya kaktus di Australia, eceng gondok di Asia-Afrika. Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarkan gulma baru antara lain adalah :
a.    Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma
b.   Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang
c.    Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak
d.   Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan
e.    Pembersihan ternak yang akan diangkut
f.     Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya.
Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus dicegah pula agar jangan sampai gulma berbuah dan berbunga. Di samping itu juga mencegah gulma tahunan (perennial weeds) jangan sampai berbiak terutama dengan cara vegetatif.
2.   Pengendalian gulma secara fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :
a.    Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan sebagainya pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman, jenis dan topografi tanah dan iklim.
b.   Pembabatan (pemangkasan, mowing)
Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif untuk gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada waktu pemangkasan, interval (ulangan) dan sebagainya. Pembabatan biasanya dilakukan di perkebunan yang mempunyai krop berupa pohon, pada halaman-halaman, tepi jalan umum, jalan kereeta pai, padang rumput dan sebagainya. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada waktu gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh dengan hebat.
c.    Penggenangan
Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15 - 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih dapat hidup.
d.   Pembakaran
Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 - 550 C, tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup. Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya.
Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.
Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.
e.    Mulsa (mulching, penutup seresah)
Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mencegah agar cahaya matahari tidak sampai ke gulma, sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan pertumbuhan yang baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mulsa antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan plastik.
1.   Pengendalian gulma dengan sistem budidaya
Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
a. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
b. Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma.
Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma.
Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma.
Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas.
c. Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops)
Mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri.
2.   Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan  terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis.
Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan pengendalian Salvinia sp. dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.
3.   Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.
4.   Pengendalian gulma secara terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.
RANGKUMAN
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara preventif, misalnya dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma, pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang, pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumputan makanan ternak, pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan, pembersihan ternak yang akan diangkut, pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan sebagainya.
Secara fisik, misal dengan pengolahan tanah, pembabatan, penggenangan, pembakaran dan pemakaian mulsa.
Dengan sistem budidaya, misal dengan pergiliran tanaman, budidaya pertanaman dan penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops).
Secara biologis, yaitu dengan menggunakan organisme lain seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya.
Secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan herbisida atau senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma baik secara selektif maupun non selektif, kontak atau sistemik, digunakan saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh.
Secara terpadu, yaitu dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Sastroutomo, S, S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sundaru, M. M. Syam., J. Bakar. 1976. Beberapa jenis gulma pada padi sawah. Bull. Tek. LP3 Bogor.