Followers

Friday, May 3, 2013


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera. Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha. Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad, sehingga sulit dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi seakan-akan “Tradisi Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke 1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang hamil pertama kali, mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan sebagainya.
1.1. sosial dan budaya
Dalam bidang tasawuf biasa nya membentuk suatu orde yang di sebut tarekat (thariqah) . tarekat yang populer di indonesia adalah tarekat naqsyabandiyah syattriyah dan kadariyah. Dimana masing masing mempunyai syeh di timur tengah . Tarekat itu sendiri adalah jalan , orde yaitu maksud tarekat yang bersangkutan mengaku dapat memberi jalan bagi penganut nya untuk mendekat kan diri kepada sang pencipta nya malahan melebur menjadi setu dengan pencipta nya . Jalan ini dapat di ajar kan oleh syeh bersangkutan , yaitu kepada orde yang biasa di bantu oleh beberapa asisten yang di sebut khalifah  (wakil).

Pada umun nya tarekat yang masih belaar terdiri dari orang orang yang mengetahuii juga ala kadar nya tentang islam. Kebanyakan terdiri dari orang orang yang telah matang , malahan dari ornag orang yang telah berumur . Maka tinggal lah mereka untuk beberapa minggu lamanya pada pusat latihan bertarekat itu,  atau mereka berkunjjungi pusat pusat latihan itu pada waktu waktu tertentu dimana meraka mematuhi peraturan ter tentu yang berlaku dalam tarekat masing masing , ada di antara nya yang membatasi jenis makanan dan minuman, ada juga menbagi waktu dengan cermat  tiap bagian di peruntukan bagi amalan tertentu. sedangkan keseluruhan hidup selama latihan tersebut umun nya di sediakan untuk zikir dan wirid.

Zikir adalah mengingat, menyebut nama allah berkali-kali. Wirid adalah zikir yang mempergunakan kalimat kalimat tertentu berulang ulang. Menyabut nya sepuluh, seratus, bahkan ribuan kali.dalam tarekat kedudukan guru sangat penting  hal ini dappat di lihat dalam ajran wirid yang mengharuskan si murid mengenang Tuhan dengan mengingat sang guru sehingga guru tersebut bertindak sebagai perantara. Bentuk lain cara bertarekat adalah suluk dimana selam 40 hari hari berturut turut mengisolasi diri mereka dari dunia luar dan tingkah atau perbuatan di jaga keras.
1.2 Pembaharuan Dalam Bidang Pendidikan
Dalam lapangan pendidikan di indonesia pada awal abad ke11 hingga abad ke 19 adalah di dominasi oleh fiqih dan tasawuf dalam lapangan fiqih buku buku karangan iman syafi i yang merupakan kan pesantren dan surau. Oleh sebad itu guru atau kiyai juga mencukupi pegagan mereka pada bukubuku yang di tulis kemudian yaitu syarah (komentar) dari buah pikiran iman syafi i. Contohnya kitab tuhfah dan nikayah , buku yg di gemari oleh lembaga pengajaran tradisional yang di tulis oleh ibnu hajjar al-Hatitami dan A- Ramli  yang merupakan komentar dari kitab minhajul al talibi karangan imam nawawi .

Pendidikan yang ada pada masyarakat indonesia . Seperti di ketahui bahwa pendidikan dasar di indonsia pada saat itu : pendidikan keluarga ketika si anak berusia baru 4 sampai 5 tahun keahlian yang di berikan pada usia itu adalah membaca al quran selain itu si anak jjaga mengji kepada guru ngaji yang mempergunakan  rumah nya sebagai tempat mengaji atau mengunkan langgar kampung yang bersangkutan sebagai sekolah dalam tingkat mempelajari al quran agar dapat membaca dan mengulanginya.
Pelajaran dasar tersebut biasanya di berikan pada waktu petang atau malam hari hal ini di karenakn anak anak kampung membantu orang tua nya pada pagi hari dan siang hari. Baik di swawh, kebun atau ladang demikian juga sang guru ngaji jjaga harus mencari nafkah pada pagi dan siang hari. Mereka yang ingin memperdalam ilmu agama maka mereka harus merantau dan mengunjungi pesantren dan surau surau . di tempat yang baru mereka dapat mulia mempelajari bahasa arab, uhul fiqih, fiqih yang di tulis dalam bahasa arab. Untuk memperoleh ilmu yang memadai seorang santri biasanya belajar.




BAB II
PEMBAHASAN
2. KH Ahmad Dahlan Dan Muhammadiyah
           2.1 KH Ahmad Dahlan
            Ahmad Dahlan lahir di Kauman (Yogyakarta) pada tahun 1968 dan meninggal pada tanggal 25 Februari 1921. Ia berasal dari keluarga yang didaktis dan terkenal alim dalam ilmu agama. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar, seorang imam dan khatib masjid besar KratonYogyakarta. Sementara ibunya bernama Siti Aminah, putri K.H. Ibrahim yang pernah menjabat sebagai penghulu di Kraton Yogyakarta.
Muhammmad Darwis tidak sekolah, melainkan belajar mengaji Al-Qur’an dan Dasar-dasar ilmu agama Islam pada ayahnya sendiri. Pada usia delapan tahun ia telah lancar membaca Al-Qur’an hingga khatam. Selanjutnya ia belajar fiqh kepada K.H Moh. Saleh, dan Nahwu kepada K.H Muhsin, keduanya adalah kakak ipar Darwis. Ia juga berguru pada K.H Muh Nur dan K.H Abd.Hamid dalam berbagai ilmu.
Ia menunaikan ibadah haji ketika berusia 15 tahun (1883), lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa arab di Makkah selama lima tahun. Ia juga belajar kepada K.H Mahfud Termas, K.H Nahrowi Banyumas, K.H Muh Nawawi Banten dan juga kepada para ulama Arab di Masjidil Haram. Di sinilah ia berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, dan ibn Taimiyah. Buah pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada Darwisy. Ia juga mendatangi ulama madzab Syafi’i Bakhri Syata’ dan mendapat nama Haji Ahmad Dahlan dari beliau.
Pada usia 20 tahun (1888), ia kembali ke kampungnya, dan berganti nama Ahmad Dahlan. Sepulangnya dari Makkah ini, ia pun diangkat menjadi khatib amin di lingkungan Kesultanan Yogyakarta.  Haji Ahmad Dahlan pulang pada tahun 1891. Sepulangnya dari haji ia dipercaya mengajar santri dewasa sehingga ia dipanggil KH. Ahmad Dahlan. Pada tahun 1896 M, KH, Abubakar wafat jabatan dilimpahkan kepada KH. Ahmad Dahlan dengan gelar Khatib Amin , yang diberi tugas :
  1. Khutbah Jum’ah saling berganti dengan kawannyan delapan orang Khtib
  2. Piket di serambi masjid dengan kawannya enam orang sekali seminggu
  3. Menjadi anggota Raad Agama Islam Hukum Keraton
 Usaha pertama yang dilakukan Khatib Amin dalam dakwahnya yaitu beliau ingin menerangkan arah kiblat shalat yang sebenarnya, usaha-usaha awalnya dirintis dengan penyebaran informasi kepada para ulama trerbatas yang telah sepaham di sekitar Kauman itupun memakan waktu hampir setahun. Kemudian hendak mengundang 17 ulama dari luar Yogyakarta untuk memusyawarahkan soal arah kiblat shalat di surau Kkatib Amin KHA. Dahlan mereka dimimta membawa kitab tentan arah kiblat. Musyawarah tersebut berlangsung pada tahun1898 meskipun tidak didapatkan kesepakatan pendapat itu sudah dianggap ada kemajuan positif karena jalannya musyawarah berjalan sopan dan tidak gaduh. Tahun 1898 selam tiga bulan Khatib Amin merenovasi dan memperluas surau peninggalan ayahnya dengan sekaligus dihadapakan ke arah kiblat. Namun banyak orang tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Khatib Amin sehingga surau yang baru diluas dan direnovasi dirobohkan oleh sepuluh orang utusan Kyai Penghulu. Setelah tiga tahun peristiwa tersebut, Khatib Amin tetap menekuni pekerjaan dinasnya maupun mengajar murid-muridnya di surau barunya.
Pada Tahun 1889, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan Safwan, 1991). Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).
Merasa ilmunya masih kurang Khatib Amin berangkat haji untuk kedua kalinya (1902-1904) yang direkayasa oleh pemerintahan kesultanan. Masalah kiblat masjid besar dan pembongkaran surau Khatib Amin itu merupakan manifestasi pertentangan antara faham islam tradisional dan faham pembaharuan dalam islam. Untuk menghindari ketegangan pemerintah kesultanan mengirim Khatib Amin ke Mekkah selama dua tahun. Ia studi lanjut tentang berbagai ilmu islam kepada para gurunya sewaktu haji pertama dulu, juga kepada yang lain. Dalam hal ini beliau belajar ilmu fikih kepada Syekh Saleh Bafedal, Syekh Sa’id Yamani, dan Syekh Sa’id Bagusyel ilmu hadist kepada mufti Syafii ilmu Falak kepada Kyai Asy’ari Bawean dan ilmu qiraat kepada Syekh Ali Misri Mekkah. Kecuali itu juga bersahabat akrab dengan para ulama Indonesia yang lama bermukim disana seperti Syeh Ahmad Khatib (Minangkabau), Kyai Nawawi (Banten), Kyai Mas Abdullah (Surabaya), KH.Fakih (Maskumambang) berbagai maslah sosila keagamaan dialami di tanah air dijadikan topic diskusi mereka.
Sepulang dari haji yang kedua ini KHA. Dahlan membangun pondok untuk menampung murid-muridnya yang berasal dari luar kota Yogyakarta dan kota-kota di Jawa Tengah. Para muridnya diberi ilmu falak, tauhid dan tafsir dari Mesir.
Pekerjaan KHA. Dahlan sebagai Khatib Masjid Besar tidak banyak menyita waktu. Giliran berkhutbahnya rata-rata dua bulan sekali dan piketnya di Serambi Masjid Besar itu hanya seminggu sekali. Karena banyak waktu luang ia gunakan untuk berdagang batik ke kota-kota di Jawa dan diberi modal orang tuanya sebanyak F.500,- namun sebagian uangnya digunakan untuk membeli kitab-kitab islam. Dalam perjalanan dagang ia selalu memerlukan singgah silahturahmi kepada alim setempat, membicarakan perihal agama islam dan masyarakatnya.
Pada tahun 1909 KHA. Dahlan bertamu ke rumah Dr. Wahidin Sudirohusodo di Ketandan, Yogyakarta. Ia menanyakan berbagai hal tentang Budi Utomo dan tujuannya. Setelah mendengar jawaban lengkap dan menurut pikirannya secara umum sesuai dengan cita-citanya, maka ia menyatakan ingin menjadi anggota. Dalam organisasi ini KHA. Dahlan dimohon untuk memberikan santapan rohani islam pada setiap akhir rapat pengurus.
Pada tahun 1910 ia pun menjadi anggota ke 770 perkumpulan Jami’at Khair Jakarta. Yang menarik hatinya selain perkumpulan ini “membangun sekolah-sekolah agama dan bahasa arab serta bergerak dalam bidang social, juga sangat giat membina hubungan dengan pemimpin-pemimpin di Negara-negara Islam yang telah maju. Arti penting KHA. Dahlan memasuki Jami’at Khair ini karena “ialah yang memulai organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat yang berkala), dan mendirikan suatu sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern.
Ia menyadari bahwa usaha perbaikan masyarakat itu tidak mudah jika dilaksanakan sendirian  jadi harus berorganisasi dan bekerja sama dengan orang lain. Selain di Budi Utomo KHA. Dahlan berkinginan untuk mengajar di Kweekschool Gubernamen Jetis yang dikepalai oleh R. Boediharjo yang juga pengurus dari Budi Utomo. Ia mengajar setiap sabtu sore dengan metode induktif, ilmiah, naqliah dan Tanya jawab dan ternyata sangat menarik minat murid-muri di sana. Dengan pengalaman mengajar di Kweekschoolselam setahun ia terdorong untuk mendirikan sekolah di rumahnya dengan peralatan seadanya. Mula-mula mendapatkan delapan orang murid dan setiap bulan bertambah tiga orang. Pada awal bulan keenam muridnya menjadi duapuluh orang, ia sendiri yang menjadi guru agamanya mengajar pada waktu pagi. Setelah mendapat bantuan guru dari pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta untuk mengajarkan ilmu-ilmu sekolah biasa sekolah tersebut masuk siang pukul 14.00 sampai pukul 16.00. Sejak itu muridnya bertambah sehingga kelasnya harus dipindah ke serambi rumah yang lebih luas. Pada tanggal 1 Desember 1911 sekolah tersebut diresmikan dengan nama Sekolah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah berdirinya sekolah tersebut mendapat reaksi kersa dari masyarakat namun KHA. Dahlan hanya membalas dengan senyuman.
Sebagai seorang yang sangat hati-hati dalam kehidupan sehari-harinya, ada sebuah nasehat yang ditulisnya dalam bahasa Arab untuk dirinya sendiri, yaitu :
“Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya. Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga, dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat kepadamu, dan tinggalkanlah lainnya (diterjemahkan oleh Djarnawi Hadikusumo).
Dari pesan itu tersirat sebuah semangat yang besar tentang kehidupan akhirat. Dan untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik, maka Dahlan berpikir bahwa setiap orang harus mencari bekal untuk kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak ibadah, amal saleh, menyiarkan dan membela agama Allah, serta memimpin ummat ke jalan yang benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan kalimah Allah. Dengan demikian, untuk mencari bekal mencapai kehidupan akhirat yang baik harus mempunyai kesadaran kolektif, artinya bahwa upaya-upaya tersebut harus diserukan (dakwah) kepada seluruh ummat manusia melalui upaya-upaya yang sistematis dan kolektif.
2.2 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Pada tahun 1912 K.H Ahmad Dahlan memutuskan untuk mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Ia bermaksud agar gagasan dan pokok-pokok pikiran beliau dapat diwujudkan melalui persyarikatan yang beliau dirikan. Beliau menyadari bahwa gagasan dan pokok-pokok pikiran itu tidak mungkin dapat diwujudkan oleh orang seorang secara sendiri-sendiri termasuk oleh beliau sendiri, tetapi harus oleh sekelompok orang yang menyetujui gagasan dan pokok-pokok pikiran beliau untuk membentuk sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah. Atas dasar ini dapat difahami, kalau apa yang semula merupakan gagasan dan pokok-pokok pikiran pribadi K.H. A.Dahlan itu dikemudian diintegrasikan menjadi gagasan dan pokok-pokok pikiran Muhammadiyah.
Dia memulai oganisasi dengan bentuk modern dengan masyarakat islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat berkala), dan mendirikan suatu sekolah dengan cara-cara banyak sedikitnya modern.(Deliar Noer: op.cit). Dari pengalaman itu, ia menyadari bahwa usaha perbaikan masyarakat itu tidak mudah jika dilaksanakan sendrian. Jadi harus berorganisasi bekerjasama dengan orang banyak. Usaha pendidikan itu pada suatu ketika setelah selesai memyampaikan santapan rohani pada rapat pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta, ia menyampaikan keinginan mengajarkan agama islam kepada para siswa Kweekschool Gubernamen Jetis yang dikepalai oleh R.Boediharjo, yang juga menjadin anggota pengurus Budi Utomo. Dan hal ini disetujui, asal diluar pelajaran resmi. (Sosrosugondo, KHA.Dahlan, bapak dan pendiri muhammadiyah, Bag.III Adil No.5o,1939) Pelaksanaanya pada setiap sabtu sore dengan metode induktif, ilmiah, naqliah dan tanya jawab. Dari pesan itu tersirat sebuah semangat yang besar tentang kehidupan akhirat. Dan untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik, maka Dahlan berpikir bahwa setiap orang harus mencari bekal untuk kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak ibadah, amal saleh, menyiarkan dan membela agama Allah, serta memimpin ummat ke jalan yang benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan kalimah Allah. Dengan demikian, untuk mencari bekal mencapai kehidupan akhirat yang baik harus mempunyai kesadaran kolektif, artinya bahwa upaya-upaya tersebut harus diserukan (dakwah) kepada seluruh ummat manusia melalui upaya-upaya yang sistematis.
Sesuai dengan pendirin dan sikap K.H A.Dahlan yang lebih suka mewujudkan gagasan dan pokok-pokok pikirannya melalui tindakan nyata daripada melalui pembicaraan dan tulisan, maka pada awal perjalanannya, Muhammadiyah sangat miskin dengan rumusan formal mengenai apa yang menjai gagasan dan pokok-pokok pikiranyang ingin diperjuangkan dan diwujudkan. Rumusan formal yang ada barangkali hanya dijumpai pada Anggaran Dasar atau Statuta Muhammadiyah.
Pada proses perjalanannya, setelah Muhammadiyah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik secara vertical maupun horizontal, dengan permasalahan dan tantangan yang semakin bertambah berat dan kompleks, maka dirasa perlu pelembagaan gagasan dan pokok-pokok pikiran itu dalam rumusan formal, yang dihasilkan melalui forum-forum permusyawaratan yang bersifat legislasi, seperti Muktamar dan Tanwir.
Dari hasil pengamatan setidak nya ada 2 faktor yang melandasi berdirinya muhammadiyah yaitu faktor internal dan faktor eksternal  faktor internal adalah yang berkaitan dengan kondisi keagamaan di kaum muslimin indonesia sendidri sedangkan faktor eksternal adalah yang berkaitan dengan politik islam belanda terhadap kaum muslimin di indonesia dan pengaruh ide dan gerakan pembaharuan islam di timur tengah.

2.2.1 Faktor internal

Kehidupan agama yang tampak ketika di tanah air adalah campuran (sinkretisme) antara kepercayaan tradisional yang telah menjelma menjadi adap kebisaan yang bersifat agamis dengan bentuk mistis yang di jiwai oleh agama hindu kemudai islam datang pada abad vI atau Vlll masehi. Maka sinkretisme itu bertambah dengan unsur Islam masuk ke indonesia.  Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh saudagar – saudagar dari Gujarat, kebanyakan mereka adalah kaum sufi, berbeda dengan ulama ahli fiqih, Ikaum sufi berwatak lebih toleran kepada adat istiadat setempat.  Faktor ininlah yang menguntungkan bagi tersebarnya di indonesia terutama di pulau jawa. Dengan toleransi tradisi tradisi setempat menambah parahnya terjadi sinkretisme.
Terlepas dari berat ringannya kadar terjadinya sinkinisme agama, fenomena yang jelas meunjukkan telah menyimpangnya kehidupan keagamaan kaum muslimin di indonesia saat itu dari ajaran islam yang murni. Inilah faktor yanf mendasari berdirinya Muhammadiyah.

2.2.2 Faktor Eksternal

            a. Politik belanda terhadap kaum muslimin di indonesia
Politik Belanda sangat bermusuhan kepada Islam dan umat – umat Islam di Indonesia, karena pemerintah belanda merasa bahwa gerakan Islam akan sangat membahayakan dirinya.  Pemerintahan Kolonial Belanda, sesuai dengan politik induknya akhirnya membantu kaum adat untuk bersama-sama menumpas kaum pembaharu. Sungguh pun kaum militer Padri dapat dikalahkan, tetapi semangat pemurnian Islam dan kader-kader pembaharu telah ditabur yang kemudian pada kenmudian hari banyak meneruskan usaha dan perjuangan mereka. Diantaranya, Syekh Tohir Jalaludin, setelah kembali dari Mekah dan Mesir bersama-sama dengan Al Khalili mengembangkan semangat pemurnian Agama Islam dengan menerbitkan majalah Al Imam di Singapura.
Pada saat itu juga, di Jakarta berdiri Jami’atul Khair pada tahun 1905, yang pada umumnya beraggotakan peranakan Arab. Organisasi Jami’atul Khair ini dinilai sangat penting karena dalam kenyataanya dialah yang memulai dalam bentuk organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat Islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat berkala) dan mendirikan suatu sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern. Di bawah pimpinan Syekh Ahmad Soorkati, Jami’atul Khair banyak mengadakan pembaharuan dalam bidang pengajaran bahasa Arab, pendidikan Agama Islam, penyiaran agama, dan banyak berusaha mewujudkan Ukhuwah Islam.

Adapun realisasi politik islam belanda antara lain ialah membatasi setiap aktivitas kaun muslimin , seperti membatasi kaum muslimin untuk mendirikan organisasi politik, disensornya penerbitan yang datang dari luar , dan di batasi nya jamaah haji indonsia ke tanah suci tetapi politik islam belanda itu tidak ada guna nya pada kenyataan nya walau pun di sensor teap majjalah majjalh asal timur tengah seperti al urwat, al wusqa , al siyasah, al liwa bisa masuk secara rahasia melalu pelabuhani tuban jawa timur . Demikian juga dengan pembatasan jamaah haji malah mengobarkan kemarahan kaum muslimin terhadap koloonial belanda sehingga terjadi pembrontakan pembrontakan di bawah panji panji islam

            b. Pengaruh Ide dan Gerakan Pembaharuan di Timur Tengah
Orang  orang indonesia yang pulang dari naik hajji di mekah mempunyai orientasi terhadap kepercayaan dan praktek praktek agama seperti yang telah di pegang nya di tanah suci, seperti di ketahui usaha usah membersihkan agama islam dari anasir anasir yang bukan islam sedang di jalankan denga sengit nya  di mekah
Khusus tentang haji nya  KH. Ahmad dahlan dan tinggal di mekah untuk study islam menjadi kan beliau terbisa dengan ide pembaharuan pengamatyan langsung di pusat islam yaitu mekah yang banyak terpengaruh dengan ide pembaharuan ini , akhirnya mendorong  KH. Ahmad dahlan untuk mendirikan kan gerakan pembaharuan islam indonesia yaitu muhammadiyah.
c. Tujuan di Dirikannya Muhammadiyah
Maksud dan tujuan muhammadiyah sering mengalami perubahan karna tuntutan sejarah memang harus begitu sesuai dengan perkembangan dandinamika pertumbuhan muhammadiyah  . tetapi sebetul nya yang berubah hanyalah segi redaksional nya , sedang kan isis dan jiwa nya tidak berubah yaitu identitas muhammadiyah sebagai gerakan islam
Pada waktu permulaaan berdirinya muhammdiyah dan waktu itu muhammadiyah baru ada di daerah Yogyakarta , maksud dan tujuan muhammadiyah di rumuskan sebagai berikut:
 1. Menyebarkan ajaran nabi Muhammad SAW kepada penduduk pribumi di residen Yogyakarta      
2. Memajukan hal agama islam kepada annggota anggota nya
Setelah muhammdiyah meluas sampai ke luar Yogyakarta dengan berdirinya cabang di wilayah hindia belanda (Indonesia) maka tujuan muhammadiyah di sempurnakan lagi menjadi:
1.      Memajukan pengajaran dan pelajaran agama islam di hindia belanda
2.      Memajukan hidup sepanjang kemauan agama islam kepada sekutu sekutunya
Pada kongres muhammadiyah yang pertama di zaman kemerdekaan atau pada muktamar muhammadiyah yang ke 31 tahun 1950 di Yogyakarta rumusan tujuan muhammadiyah di sempurnakan sehingga lebih sesuai dengan jiwa dan gerak muhammadiyah yang sesungguh nya maka tujuan muhammmadiyah berubah menjadi :“maksud dan tujuan persyarikatan ialah menegak kan dan menjunjung tingi agamaislam sehingga terwujud masyarikat islam yang sebenar benarnya “
Pada tahun 1985 yaitu muktamar ke 41 di solo yang berlangsung tanggal 7-11 desember, muhammadiyah menyesuaikan diri dengan UU NO.8 tahun 1985 yang mengharuskan tiap organisasi kemasyarakatan mencantumkan pancasila sebagai satu satunya azas . maka rumusan maksud muhammadiyah dan tujuan muhammadiyah berubah menjadi sebagai berikut: “maksud dan tujuan persyarikatan ialah menengakkan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujud masyarakat utama , adil dan makmur yang di ridhai allah subhannahu wa ta’ aala. 


BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
            Latar belakang sosial, budaya dan pendidikan menjadi pengaruh perkembangnya pembaharuan islam di pulau Jawa. Muhammadiyah didirikan oleh seorang bernama Muhammad Darwis, atau lebih kita kenal dengan nama Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan lahir di kampung Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1868 M. Ayahnya bernama K.H Abubakar, seorang khatib Masjid Gedhe kesultanan Yogyakarta. Ibunya bernama Siti Aminah, putri penghulu kesultanan Yogyakarta. Ia merupakan anak ke-empat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhanya saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dalam silsilah ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan Safwan, 1991). Adapun silsilahnya ialah(Yunus Salam, 1968: 6):
Dari hasil pengamatan setidak nya ada 2 faktor yang melandasi berdirinya muhammadiyah yaitu faktor internal dan faktor eksternal  faktor internal adalah yang berkaitan dengan kondisi keagamaan di kaum muslimin indonesia sendidri sedangkan faktor eksternal adalah yang berkaitan dengan politik islam belanda terhadap kaum muslimin di indonesia dan pengaruh ide dan gerakan pembaharuan islam di timur tengah.
3.2 Saran
            Saran kami selaku pembuat makalah adalah kita tidak melupakan bagai mana Islam itu masuk Ke Indonesia, dan sebagai generasi penerus kita harus tahu bagai mana pembaharuan itu dapat terjadi dari masa ke masa, dengan moderenitas para pendahulu terutama tokoh – tokoh Muhammadiyah dapat melakukan pembaharuan – pembaharuan yang bertujuan memajukkan islam itu sendiri, kita juga bisa ikut dalam peran pembaharuan islam di zaman moderen ini.
            

No comments:

Post a Comment