Followers

Friday, May 3, 2013

.DERAJAT KOMPETISI


A.DERAJAT  KOMPETISI
  Kompetisi pada tanaman secara umum berkaitan dengan kebutuhan akan:
   o   Nutrisi
   o   Air
   o   Cahaya
   o   Karbondioksida
   o   O2
 
      faktor-faktor yang berkaitan terhadap masing-masing gulma dan tanaman budidaya yaitu :

  
-Kompetisi akan cahaya

    Apa saja yang mempengaruhi penyerapan cahaya oleh daun dapat mempengaruhi kompetisi untuk cahaya.
    Faktor yang berpengaruh dalam berkompetisi terhadap cahaya:
    Luas permukaan daun
    Sudut dan letak susunan daun
    Pengaruh kanopi.
Cahaya yang sampai pada daerah di bawah kanopi mengalami penurunan intensitas dan mutu untuk tujuan fotosintesa.
        Kecepatan penyerapan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, misalnya:
   o   Suhu
   o   Jenis tanah
   o   Bentuk perakaran
  
    Sifat-sifat yang mempengaruhi kompetisi gulma pada dalam tanah :
            1.    Penetrasi akar yang cepat dan pesat ke dalam tanah
            2.    Kepadatan akar yang tinggi
            3.    Perbandingan akar/tajuk yang tinggi
            4.    Perbandingan panjang/berat akar yang tinggi
            5.    Proporsi yang besar dari sistem akar yang aktif tumbuh
            6.    Panjang rambut-rambut akar, Berpotensi besar dalam menyerap nutrisi
            B. DARAJAT KOMPOTENSI GULMA TERHADAP TANAMAN
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.
1.Derajat kompetisi memperebutkan hara
 Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik  yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman.
2. Derajat kompetisi memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air  untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis.
3. Derajat kompetisi memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari.Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini :
-Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Suroto dkk. (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25, 50 dan 100 per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.

-Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman pokok berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai contoh kemampuan bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan tuton (Echinochloa colonum) terhadap tanaman padi tidak sama atau berbeda.
-  Saat kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun-Lama keberadaan gulma
-   Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
-Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman pokok
- Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
-Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
C.KOMPETENSI  INTRASPESIFIK DAN INTERSPESIFIK
Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan cahaya, air, hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya. Apabila dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka akan perakaran kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat satu sama lain dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum dimana setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
D. KLASIFIKASI GULMA
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan. Cara klasifikasi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Masing-masing kelompok memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian. Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :
1.    Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
a.    Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati).
b.   Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun.
c.    Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun).
Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan menjadi dua :
1). Simple perennial,
2). Creeping perennial,
2.    Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a.    Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus
b.   Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds
2). Gulma air tawar (fresh water weeds
a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds), contohnya Eichornia crassipes.
b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds.)
c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp.
d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh Panicum repens,.
3.    Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a.     Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli
b.    Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus
c.     Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica
4.    Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :
a.    Monocotyledoneae, gulma berakar serabut
b.   Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang
c.    Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora
5.    Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :
a.    Golongan rumput (grasses)
b.   Golongan teki (sedges)
c.    Golongan berdaun lebar (broad leaves)
6.    Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :
a.    Gulma obligat (obligate weeds)
b.   Gulma fakultatif (facultative weeds)
7.    Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan dalam :
a.    Gulma non parasit,
b.   Gulma parasit

5.  CARA-CARA PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah.Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara :
1.   Preventif (pencegahan)
Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarkan gulma baru antara lain adalah :
a.    Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma
b.   Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang
c.    Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak
d.   Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan
e.    Pembersihan ternak yang akan diangkut
f.     Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya.

2.   Pengendalian gulma secara fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :
a.    Pengolahan tanah
b.   Pembabatan (pemangkasan, mowing)
c.    Penggenangan
d.   Pembakaran
.           e.    Mulsa (mulching, penutup seresah)

1.   Pengendalian gulma dengan sistem budidaya
Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
a. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
b. Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma.
Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma.
Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma.
Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas.
c. Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops)
Mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri.


2.   Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan  terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis.
Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan pengendalian Salvinia sp. dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.
3.   Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.
4.   Pengendalian gulma secara terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.

No comments:

Post a Comment