A.DERAJAT KOMPETISI
Kompetisi pada tanaman secara umum berkaitan dengan kebutuhan akan:
o Nutrisi
o Air
o Cahaya
o Karbondioksida
o O2
faktor-faktor
yang berkaitan terhadap masing-masing gulma dan tanaman budidaya yaitu :
-Kompetisi akan cahaya
Apa saja yang mempengaruhi penyerapan cahaya oleh daun dapat
mempengaruhi kompetisi untuk cahaya.
Faktor yang berpengaruh dalam berkompetisi terhadap cahaya:
Luas permukaan daun
Sudut dan letak susunan daun
Pengaruh kanopi.
Cahaya yang sampai pada daerah di
bawah kanopi mengalami penurunan intensitas dan mutu untuk tujuan fotosintesa.
Kecepatan penyerapan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor,
misalnya:
o Suhu
o Jenis tanah
o Bentuk perakaran
Sifat-sifat yang mempengaruhi kompetisi gulma
pada dalam tanah :
1. Penetrasi akar
yang cepat dan pesat ke dalam tanah
2. Kepadatan akar
yang tinggi
3. Perbandingan
akar/tajuk yang tinggi
4. Perbandingan
panjang/berat akar yang tinggi
5. Proporsi yang besar dari sistem akar yang
aktif tumbuh
6. Panjang
rambut-rambut akar, Berpotensi besar dalam menyerap nutrisi
B. DARAJAT KOMPOTENSI
GULMA TERHADAP TANAMAN
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman
untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita
usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan
penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan
kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.
1.Derajat kompetisi memperebutkan hara
Setiap lahan
berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau
tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat
dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh
karena itu jika gulma tidak diberantas, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma
menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman.
2. Derajat kompetisi memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan
banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan
menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam
tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu
persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis.
3. Derajat kompetisi memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan
pertumbuhan berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah
cahaya matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai pertanaman berebut
untuk memperoleh cahaya matahari.Besar kecilnya persaingan antara gulma dan
tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya
hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi
gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini :
-Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma
dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat,
dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan
atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Suroto dkk. (1996)
memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25, 50 dan 100 per m2
menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman masing-masing sebesar 14,69 %;
14,88 % dan 17,57 %.
-Macam gulma
Masing-masing
gulma mempunyai kemampuan bersaing yang berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan
tanaman pokok berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai
contoh kemampuan bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan tuton (Echinochloa
colonum) terhadap tanaman padi tidak sama atau berbeda.
- Saat
kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi
semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin
menurun-Lama keberadaan gulma
- Kecepatan
tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya,
pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
-Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih
luas dan dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih,
sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman pokok
- Jalur fotosintesis
gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih
efisien, sehingga persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih
terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
-Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan
senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau
dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat
mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman
pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
C.KOMPETENSI INTRASPESIFIK DAN INTERSPESIFIK
Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah
sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan
normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan cahaya, air, hara gas CO2
dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya. Apabila dua tumbuhan tumbuh
berdekatan, maka akan perakaran kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat satu
sama lain dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat tumbuhan
yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih dalam dan lebih besar
volumenya serta lebih tinggi dan rimbun tajuknya akan lebih menguasai
(mendominasi) tumbuhan lainnya. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap
persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis tanaman. Periode kritis
adalah periode maksimum dimana setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan
gulma selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam periode kritis,
adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak
menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman
tersebut.
D. KLASIFIKASI GULMA
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada
dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Klasifikasi sistem
alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan. Cara klasifikasi pada
gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Masing-masing kelompok
memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian. Gulma dapat dikelompokan
seperti berikut ini :
1. Berdasarkan siklus
hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
a. Gulma
setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan
siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun (mulai dari berkecambah
sampai memproduksi biji dan kemudian mati).
b. Gulma dua tahun
(biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari
satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun.
c. Gulma
tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua
tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun).
Berdasarkan cara berkembang biaknya,
gulma tahunan dibedakan menjadi dua :
1). Simple perennial,
2). Creeping perennial,
2. Berdasarkan habitatnya,
gulma dikelompokkan menjadi :
a. Gulma darat
(terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat.
Contoh Cyperus rotundus
b. Gulma air (aquatic
weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu :
1). Gulma air garam (saltwater
atau marine weeds
2). Gulma air tawar (fresh water
weeds
a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating
weeds), contohnya Eichornia crassipes.
b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged
weeds.)
c). Gulma yang sebagian tubuhnya
tenggelam dan sebagian mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp.
d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal
weeds), contoh Panicum repens,.
3. Berdasarkan tempat
tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a. Terdapat
di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli
b. Terdapat di tanah
kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus
c. Terdapat
di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica
4. Berdasarkan sistematikanya,
gulma dikelompokan ke dalam :
a. Monocotyledoneae,
gulma berakar serabut
b. Dicotyledoneae,
gulma berakar tunggang
c. Pteridophyta,
berkembang biak secara generatif dengan spora
5. Berdasarkan morfologinya,
gulma dikelompokan ke dalam :
a. Golongan
rumput (grasses)
b. Golongan teki
(sedges)
c. Golongan
berdaun lebar (broad leaves)
6. Berdasarkan asalnya,
gulma dikelompokan ke dalam :
a. Gulma
obligat (obligate weeds)
b. Gulma fakultatif
(facultative weeds)
7. Berdasarkan parasit
atau tidaknya, dibedakan dalam :
a. Gulma non
parasit,
b. Gulma parasit
5. CARA-CARA PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian dapat berbentuk
pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu
lebih mudah.Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara :
1. Preventif (pencegahan)
Cara-cara pencegahan masuk dan
menyebarkan gulma baru antara lain adalah :
a. Dengan
pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma
b. Pencegahan pemakaian
pupuk kandang yang belum matang
c. Pencegahan
pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak
d. Pemberantasan gulma
di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan
e. Pembersihan
ternak yang akan diangkut
f.
Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya.
2. Pengendalian gulma
secara fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini
dapat dilakukan dengan jalan :
a. Pengolahan
tanah
b. Pembabatan
(pemangkasan, mowing)
c. Penggenangan
d. Pembakaran
. e. Mulsa (mulching,
penutup seresah)
1. Pengendalian gulma dengan sistem budidaya
Cara pengendalian ini jiga disebut
pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi
yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan
pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan
sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
a. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk
mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan.
Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu
biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu
dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya.
Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik
dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada
tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria
vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat
akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
b. Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang
cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi
masalah gulma.
Penanaman rapat agar tajuk tanaman
segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan
gulma.
Pemupukan yang tepat merupakan cara
untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing
pertanaman terhadap gulma.
Waktu tanaman lambat, dengan
membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau
herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar
gulmanya telah mati terberantas.
c. Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops)
Mencegah perkecambahan dan
pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen
yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri.
2. Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis
(hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti
insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang
intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap
suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui
proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin
apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi
tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti
ekonomis.
Sebagai contoh pengendalian biologis
dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di
Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan pengendalian Salvinia
sp. dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng
gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan
kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae.
Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara
biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium
roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di
samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap
species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun
pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.
3. Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi
adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan
herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau
menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam
herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada
saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma
secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas.
Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu
terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka
pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila
cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan
tersendiri lebih lanjut.
4. Pengendalian gulma secara terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian
gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara
secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Walaupun telah dikenal beberapa cara
pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi
serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan
gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang
menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian.
Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini
tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya
diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara
pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan,
pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan
pertanaman yang lain.
No comments:
Post a Comment