Gerakan Pembaharuan Islam Disorot di
Balai Kajian Sejarah
Gerakan pembaharuan Islam abad ke-19 yang
dipelopori oleh KH.Ahmad Rifa’i dari Kalisalak Batang akan dibicarakan dalam
seminar nasional Mengungkap Pembaharuan Islam Abad ke – 19,
gerakan KH. Ahmad Rifi’i, Kesinambungan dan Perubahan, di Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional Sejarah dan Nilai Tradisional Yogya, 12-13
Desember mendatang.
Menurut Syaefudin Sinom selaku Ketua Panitia
Penyelenggara di sekretariatnya dasar pemikiran adanya seminar ini adalah untuk
mengungkap sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia pada abad ke-19, yang pada
waktu itu ada kekhasan dengan tipikalitas gerakan Islam.
Dua Tokoh
Ia mengatakan, gerakan-gerakan Islam yang ada
pada penghujung abad 18 dan awal 19, yang bermunculan di pantai utara Jawa,
selain untuk menegakkan nilai Islam juga berusaha meruntuhkan kekuasaan Belanda
di Indonesia. “Sejarah mencatat ada dua gerakan yang kuat, yaitu yang dipimpin
oleh KH. Ahmad Muzamakkin di Cebolek, Pati pada abad ke 18 dan KH. Ahmad Rifa’i
abad ke 19,” katanya. “Kedua tokoh itu dalam Serat Cebolek telah
dimanipulasikan dengan digambarkan sebagai tokoh yang buruk, kacau dan
pembangkang, “tambahnya.
Dalam seminar ini akan tampil Prof. Dr. Sartono
Kartodirdjo dengan makalah Pengantar tentang Gerakan KH. Ahmad Rifa’I,
Tauhid dalam Pandangan KH. Ahmad Rifa’i dan Perbandingannya oleh KH.
Khairuddin Khasbullah (Jamaah Rifaiyah), Organisasi Rifaiyah oleh Drs. Hasyim
Asyari, MA (Fak. Sastra UGM), Rifaiyah dalam Perspektif Sejarah oleh Drs. Adaby
Darban, SU (UGM), Demitologisasi Serat dan Babad oleh Dr.
Kuntowijoyo, serta Sastra Pesantren dari Syair KH. Ahmad Rifa’I oleh Drs. Ahmad
Basuki.
Seminar yang diadakan oleh Jurnal Ilmiah Ulumul
Quran, bekerjasama dengan Yayasan Rifaiyah, Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisonal Yogyakarta dan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Yogyakarta, ini
bertujuan untuk menguak latar belakang terciptanya mitos-mitos yang timbul
akibat pergerakan Islam.
Mendemitologisasikan serat dan babad
yang menceritakan Islam dan berbagai gerakannya di masa lalu, memperluas
perspektif baru dalam mengkaji aspek-aspek sejarah pergerakan Islam abad ke-20,
seperti Muhammadiyah, NU, Persis dan lain-lainnya
Banyak Kelompok Keagamaan di Jawa tak
Mendasarkan Diri pada Alqur’an
Sejak dari mula pertama keberadaan Islam di
Indonesia, menurut KH. Khairudin Hasbullah, sebagian besar kelompok keagamaan
tidak mendasari doktrin-doktrinnya dengan Al Qur’an. Tetapi mengambil dari
tradisi-tradisi Jawa pra Islam, KH. Khairuddin mengemukakan pendapatnya ini
dalam seminar nasional Mengungkap Pembaharuan Islam Abad XIX: Gerakan KH.
Ahmad Rifa’i, Kesinambungan dan Perubahannya, di Pendopo Dhalem
Joyodipuran Yogyakarta.
Seminar yang berlangsung 12 – 13 Desember itu,
kemarin menampilkan pembicara Drs. Hasyim Ashari, MA, Drs. Adaby Darban,SU, Dr.
Kuntowijoyo, H. Karkomo Kamajaya, dan Drs. Anhari Basuki SU, dengan pembahas
Drs. Amaluddin MS dan Drs. Wasyim Bilal. Sedangkan KH. Khairuddin Hasbullah
tampil pada hari sebelumnya. Seminar dibuka Dekan Fak. Sastra UGM Prof. Dr. T.
Ibrahim Alfian.sebelumnya Kakanwil Depag DIY memberikan sambutan.
Sinkretisme
Menurut KH. Khairuddin, pengambilan
tradisi-tradisi Jawa Pra Islam oleh kelompok keagamaan itu menyebabkan banyak
munculnya sinkretisme dan syirik di kalangan umat Islam sendiri. Sendi-sendi
syariat dan akidah yang sejak semula rapuh karena agama Islam masuk ke
Indonesia melalui sentuhan-sentuhan kultural dan tasawuf, serta sejak
berabad-abad tidak ditegakkan secara maksimal, makin kelihatan bertambah rapuh.
“Maka tidak heran bila pada saat itu sinkretisme
dan pencampuradukan syariat dengan adat istiadat yang berlaku sangat menggejala
dan kaum abangan serta tradisional pra Islam mendapatkan momen perkembangannya
yang subur,” katanya.
Mendobrak
Pada saat itulah, yakni pada tahun 1800-an,
menurut KH. Khairuddin, gerakan Riifaiyah yang dipelopori KH.Ahmad Rifa’i
muncul, mendobrak keadaan dengan gerakan pembaharuan atau pemurniannya.
Pendapat senada juga dikemukakan H. Karkono
Kamajaya. “Usaha KH. Ahmad Rifa’i itu termasuk aliran pembaharuan atau mungkin
juga pemurnian Islam,”
No comments:
Post a Comment