Followers

Friday, May 3, 2013

Gerakan Pembaharuan Islam Disorot di Balai Kajian Sejarah


Gerakan Pembaharuan Islam Disorot di Balai Kajian Sejarah
Gerakan pembaharuan Islam abad ke-19 yang dipelopori oleh KH.Ahmad Rifa’i dari Kalisalak Batang akan dibicarakan dalam seminar nasional Mengungkap Pembaharuan Islam Abad ke – 19, gerakan KH. Ahmad Rifi’i, Kesinambungan dan Perubahan, di Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Sejarah dan Nilai Tradisional Yogya, 12-13 Desember mendatang.
Menurut Syaefudin Sinom selaku Ketua Panitia Penyelenggara di sekretariatnya dasar pemikiran adanya seminar ini adalah untuk mengungkap sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia pada abad ke-19, yang pada waktu itu ada kekhasan dengan tipikalitas gerakan Islam.
Dua Tokoh
Ia mengatakan, gerakan-gerakan Islam yang ada pada penghujung abad 18 dan awal 19, yang bermunculan di pantai utara Jawa, selain untuk menegakkan nilai Islam juga berusaha meruntuhkan kekuasaan Belanda di Indonesia. “Sejarah mencatat ada dua gerakan yang kuat, yaitu yang dipimpin oleh KH. Ahmad Muzamakkin di Cebolek, Pati pada abad ke 18 dan KH. Ahmad Rifa’i abad ke 19,” katanya. “Kedua tokoh itu dalam Serat Cebolek telah dimanipulasikan dengan digambarkan sebagai tokoh yang buruk, kacau dan pembangkang, “tambahnya.
Dalam seminar ini akan tampil Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo dengan makalah Pengantar tentang Gerakan KH. Ahmad Rifa’I, Tauhid dalam Pandangan KH. Ahmad Rifa’i dan Perbandingannya oleh KH. Khairuddin Khasbullah (Jamaah Rifaiyah), Organisasi Rifaiyah oleh Drs. Hasyim Asyari, MA (Fak. Sastra UGM), Rifaiyah dalam Perspektif Sejarah oleh Drs. Adaby Darban, SU (UGM), Demitologisasi Serat dan Babad oleh Dr. Kuntowijoyo, serta Sastra Pesantren dari Syair KH. Ahmad Rifa’I oleh Drs. Ahmad Basuki.
Seminar yang diadakan oleh Jurnal Ilmiah Ulumul Quran, bekerjasama dengan Yayasan Rifaiyah, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisonal Yogyakarta dan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Yogyakarta, ini bertujuan untuk menguak latar belakang terciptanya mitos-mitos yang timbul akibat pergerakan Islam.
Mendemitologisasikan serat dan babad yang menceritakan Islam dan berbagai gerakannya di masa lalu, memperluas perspektif baru dalam mengkaji aspek-aspek sejarah pergerakan Islam abad ke-20, seperti Muhammadiyah, NU, Persis dan lain-lainnya
Banyak Kelompok Keagamaan di Jawa tak Mendasarkan Diri pada Alqur’an
Sejak dari mula pertama keberadaan Islam di Indonesia, menurut KH. Khairudin Hasbullah, sebagian besar kelompok keagamaan tidak mendasari doktrin-doktrinnya dengan Al Qur’an. Tetapi mengambil dari tradisi-tradisi Jawa pra Islam, KH. Khairuddin mengemukakan pendapatnya ini dalam seminar nasional Mengungkap Pembaharuan Islam Abad XIX: Gerakan KH. Ahmad Rifa’i, Kesinambungan dan Perubahannya, di Pendopo Dhalem Joyodipuran Yogyakarta.
Seminar yang berlangsung 12 – 13 Desember itu, kemarin menampilkan pembicara Drs. Hasyim Ashari, MA, Drs. Adaby Darban,SU, Dr. Kuntowijoyo, H. Karkomo Kamajaya, dan Drs. Anhari Basuki SU, dengan pembahas Drs. Amaluddin MS dan Drs. Wasyim Bilal. Sedangkan KH. Khairuddin Hasbullah tampil pada hari sebelumnya. Seminar dibuka Dekan Fak. Sastra UGM Prof. Dr. T. Ibrahim Alfian.sebelumnya Kakanwil Depag DIY memberikan sambutan.
Sinkretisme
Menurut KH. Khairuddin, pengambilan tradisi-tradisi Jawa Pra Islam oleh kelompok keagamaan itu menyebabkan banyak munculnya sinkretisme dan syirik di kalangan umat Islam sendiri. Sendi-sendi syariat dan akidah yang sejak semula rapuh karena agama Islam masuk ke Indonesia melalui sentuhan-sentuhan kultural dan tasawuf, serta sejak berabad-abad tidak ditegakkan secara maksimal, makin kelihatan bertambah rapuh.
“Maka tidak heran bila pada saat itu sinkretisme dan pencampuradukan syariat dengan adat istiadat yang berlaku sangat menggejala dan kaum abangan serta tradisional pra Islam mendapatkan momen perkembangannya yang subur,” katanya.
Mendobrak
Pada saat itulah, yakni pada tahun 1800-an, menurut KH. Khairuddin, gerakan Riifaiyah yang dipelopori KH.Ahmad Rifa’i muncul, mendobrak keadaan dengan gerakan pembaharuan atau pemurniannya.
Pendapat senada juga dikemukakan H. Karkono Kamajaya. “Usaha KH. Ahmad Rifa’i itu termasuk aliran pembaharuan atau mungkin juga pemurnian Islam,”

No comments:

Post a Comment