II. TINJAUAN
PUSTAKA
Nama lainnya
adalah herba atau rumput. Dalam dunia pertanian, istilah yang populer adalah
gulma, sedangkan para petani banyak yang menamakan rumput. Di sawah, ladang,
huma, kebun, atau lahan pertanian lainnya, banyak sekali jenis rumput yang
mengganggu tanaman pokok. Jadi gulma adalah tanaman liar yang mengganggu
pertumbuhan tanaman yang ditanam manusia, sehingga manusia berusaha untuk
mengatasinya. Gulma diberantas karena gulma sangat mengganggu tanaman dalam
mengambil makanan, sehingga mengakibatkan turunnya hasil pertanian. Selain itu
juga merugikan manusia, karena gulma ada yang mngandung racun ( Matnawy, 1992).
Gulma sering
dikonotasikan ke dalam kompetisi/campur tangannya terhadap aktivitas dalam
pertanian. gulma tidak dikehendaki karena: (a) menurunkan produksi akibat
bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang hidup.
(b) menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma (c)
mengeluarkan senyawa allelopati yang dapat menggamggu pertumbuhan tanaman (d)
menjadi inang/host bagi hama dan pathogen yang menyerang tanaman (e) mengganggu
tata guna air dan (f) secara umum meningkatkan biaya usaha tani karena
peningkatan kegiatan dipertanaman (Sukman dan Yakup, 1991).
Persaingan
(competition) diartikan sebagai perjuangan dua organisme atu lebih untuk
memperebutkan objek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai keperluan
dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal yaitu unsur
hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2. Persaingan terjadi bila
unsur-unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jujlah yang
cukup bagi keduanya. Persaingan antar gulma dengan tanaman adalah persaingan
inter spesifik karena terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda, sedangkan persaingan
yang terjadi antar spesies tumbuhan yang sama merupakn persaingan intra
spesifik (Sukman dan Yakup, 1991).
Penyebab utama
terhambatnya pertumbuhan dan turunnya produksi oleh gulma, yakni terjadinya
persaingan dalam pengambilan unsur-unsur hara dalam tnh, air tanah, ruang untuk
tumbuh, dan cahya matahari, serta adanya gulma tertentu yang mengeluarkan zat
penghambat pertumbuhan (alelopati), antara lain alang-lang, sembung rambat dan
teki. Dengan car menghilangkan atau setidaktidaknya mengurangi terjadinya
persaingan, niscaya pertumbuhan tanaman utama akan tumbuh normal. Namun usaha
tadi pada umumnya sebagian besar Dario waktu dan biaya adalah digunakan untuk
mengatasi masalah gulma (Moody, 1986).
Menurut Dowson
dan Hotstum cit. Pamplona ( 1975 ), gulma dapat menurunkan hasil tanaman
budidaya dengan beberapa cara yaitu:
- Menekan pertumbuhan dan
mereduksi hasil dengan jalan bersaing dengan tanaman budidaya. persaingan
ini terutama dalam hal air, unsur hara, cahaya, ruang tumbuh dan CO2.
- Gulma berfungsi sebagai inang
bagi bermacam-macam hama dan penyakit untuk tanaman budidaya.
- Gulma dapat menurunkan mutu
makanan dan mengganggu ternak.
- Pada irigasi, gulma dapat
mengurangi efisiensi penggunaan air karena gulma menyebabkan transpirasi
dan respirasi sekitar 8 kali lebih besar.
- Adanya hasil-hasil metabolisme
atau sisa-sisa gulma yang dapat menghambat atau bahkan mematikan tanaman
budidaya. Beberapa sifat tumbuhan yang dapat mempengaruhi derajat
kompetisi terhadap faktor-faktor pertumbuhan yang ada didalam tanah telah
diidentifikasi yaitu (1) kemampuan penetrasi akar kedalam tanah yang awal
dan cepat (2) tingkat kepadatan akar yang tinggi (3) perbandingan akar dan
batang/rumpun yang tinggi (4) panjang dan berat akar yang besar (5)
mempunyai proporsi akar yang masih hidup dan aktif yang tinggi (6)
mempunyai bulu-bulu akar yang panjang (7) mempunyai potensi penyerapan
hara yang tinggi. Tumbuh-tumbuhan yang mempunyai kemampuan penyerapan hara
yang melebihi efisiensi pemanfaatannya akan mempunyai kemampuan berkompetisi
yang tinggi. beberapa jenis gulma yang mempunyai daya kompetisi tinggi
menyimpan hara yang melebihi tingkat kebutuhannnya ( Sastroutomo, 1990 )
TINJAUAN PUSTAKA
Periode kritis
Kompetisi ialah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang
mempunyai pengaruh negatif bagi kedua pihak. Kompetisi dalam suatu
komunitas tanaman terjadi karena terbatasnya ketersediaan sarana tumbuh yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh normal (Aldrich, 1984).Sifat-sifat
karakteristik yang dimiliki oleh gulma maupun tanaman budidaya sangat mempengaruhi derajat
kompetisi dan dimodifikasi oleh factor lingkungan seperti iklim, perilaku
tanah, dan organisme pengganggu tanaman(Trenbath, 1976).Kompetisi terjadi sejak
awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman, maka tingkat kompetisinya
semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai klimaks kemudian akan menurun
secara bertahap. Saat (periode) tanaman peka terhadap kompetisi gulma disebut
periode kritis. Di luar periode tersebut gulma tidak menurunkan hasil tanaman
sehingga boleh diabaikan (Soejono, 2009).Derajat kompetisi tertinggi terjadi
pada saat periode kritis pertumbuhan. Hal tersebut disebabkan keberadaan gulma
sangat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Periode
kritis ialah periode atau saat dimana gulma dan tanaman budidaya berada dalam
keadaan saling berkompetisi secara aktif (Zimdahl, 1980).Gulma tanaman jagung Turunnya
produksi beberapa varietas dapat dilihat dari gangguan yang bervariasi,
biomassa, atau produksi biji gulma yang bersamaan dengan tanaman utama.
Beberapa gejala serangan telah dilihat pada beberapa varietas tanaman (Callaway,
1990). Gulma yang tumbuh pada pertanaman jagung berasal dari biji gulma itu sendiri
yang ada di tanah. Jenis-jenis gulma yang mengganggu pertanaman jagung perlu
diketahui untuk menentukan cara pengendalian yang sesuai. Selain jenisngulma,
persaingan antara tanaman dan gulma perlu pula dipahami, terutama dalam kaitan
dengan waktu pengendalian yang tepat. Jenis gulma tertentu juga perlu diperhatikan
karena dapat mengeluarkan senyawa allelopati yang meracuni tanaman (Fadhly dan
Fahdiana, 2009). Gulma menyaingi tanaman terutama dalam memperoleh air, hara,
dan cahaya. Menurut penelitian yang dilakukan di Mexico, tanaman jagung sangat peka
terhadap tiga faktor ini selama periode kritis antara stadia V3 dan V8, yaitu stadia
pertumbuhan jagung di mana daun ke-3 dan ke-8 telah terbentuk. Sebelum stadia
V3, gulma hanya mengganggu tanaman jagung jika gulma tersebut lebih besar dari
tanaman jagung, atau pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan. Antara
stadia V3 dan V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan oleh
gulma. Setelah V8 hingga matang, tanaman telah cukup besar sehingga menaungi
dan menekan pertumbuhan gulma. Pada stadia lanjut pertumbuhan jagung, gulma
dapat mengakibatkan kerugian jika terjadi cekaman air dan hara, atau gulma
tumbuh pesat dan menaungi tanaman (Lafitte, 1994). Jenis gulma yang tumbuh pada
lahan penelitian jagung yang dilaksanakan di daerah Malang dengan jenis tanah
andosol coklat yaitu Cynodon dactylon (Grinting), Echinocloa colona (Tuton),
Commelina sp (Jleboran), Cyperus rotundus (Teki), Marselia crenata (Semanggi),
Amaranthus spinosus (Bayam), Ageratum conizoides (Wedusan), Eleusine indica
(Lulangan), dan Protulaca oleraceae (Krokot). Periode kritis pada jagung pada
penelitian tersebut antara hari ke-20 dan 45 (Moenandir, 2010). Pengendalian
gulma tanaman jagung Pemahaman tentang periode kritis penting dalam menbentuk
strategi usaha untuk meminimalkan gangguan gulma selama tanaman tumbuh.
Kemiringan lahan, iklim, genetik tanaman dan budi daya seperti pengolahan
lahan, kesuburan tanah, persemaian dan jarak tanam merupakan beberapa faktor
yang mungkinmempengaruhi periode kritis penanganan gulma yang dipicu oleh jenis
gulma,kepadatan gulma, periode gulma merugikan tanaman dan pertumbuhan gulma (Evans
et al, 2003). Produksi menurun disebabkan oleh beberapa faktor, tapi
kemungkinan besar yaitu kerapatan gulma yang diikuti dengan kondisi lahan di
awal pertumbuhan. Berdasarkan informasi yang ada, harus dilakukan konservasi
awal pada saat post emergence sebelum tinggi gulma mencapai 10-12,5 cm (Hartzler,
1992).Pada beberapa sistem panen, pertumbuhan gulma berhubungan dengan besar
produksi yang diperoleh. Sehingga kedua hal ini harus diketahui dalam pengendalian
gulma. Sebelum herbisida dipakai secara luas, tumpang sari, rotasi
tanaman, olah tanam dan penyiangan merupakan perpaduan sistem penanganan
gulma (Regnier and Janke, 1990). Pada beberapa
tanaman, jarak tanam yang lebar bisa meningkatkan kompetisi tanaman karena
bentuk kanopi dengan perbaikan lahan dan pengurangan jumlah dan frekuensi
pemakaian herbisida. Dalam hal ini, jagung tidak dapat dikecualikan. Pada
beberapa pengamatan, hal ini dapat meningkatkan hail dan penyerapan cahaya
sehingga biomassa gulma semakin sempit (Murphy et al, 1996).Perkembangan menekankan
pentingnya menentukan periode kritis dalam penanganan gulma Informasi tersebut
membantu menentukan usaha yang dilakukan dalam program penanganan gulma terutama
pada aplikasi herbisida pasca tumbuh. Penentuan periode kritis menghasilkan
interval waktu yang digunakan untuk menangani
gulma selama
tanaman tersebut tumbuh (Ghosheh et al, 1996).pemakaian herbisida pasca tumbuh pada
jagung
SIFAT DARI KOMPETISI GULMA
Parameter Kompetisi
v Kompetisi terjadi bila:
o Ada kebutuhan
yang sama
o Yang dibutuhkan
terbatas
v Kompetisi pada tanaman secara umum berkaitan dengan
kebutuhan akan:
o Nutrisi
o Air
o Cahaya
o Karbondioksida
o O2
v KOmpetisi terhadap satu factor dapat menyebabkan
perubahan bentuk pertumbuhan dari tanaman yang berkompetisi. Karenanya,
mengubah kemampuan mereka untuk mendapatkan factor-faktor pertumbuhan lainnya
dari lingkungan.
v Meskipun faktor-faktor untuk pertumbuhan yang
diperebutkan hanya beberapa, tetapi prosesnya menjadi kompleks karena adanya
interaksi dari faktor-faktor yang berkaitan terhadap masing-masing gulma dan
tanaman budidaya
Kompetisi di atas tanah
v Kebutuhan tanaman yang diperoleh di atas tanah yaitu
cahaya dan CO2. Namun untuk CO2 tidak terjadi kompetisi.
Kompetisi akan cahaya
Ù Apa saja yang mempengaruhi penyerapan cahaya oleh daun dapat
mempengaruhi kompetisi untuk cahaya.
Ù Faktor yang berpengaruh dalam berkompetisi terhadap cahaya:
§ Luas permukaan daun
§ Sudut dan letak susunan daun
§ Pengaruh kanopi.
Cahaya yang
sampai pada daerah di bawah kanopi mengalami penurunan intensitas dan mutu
untuk tujuan fotosintesa.
Kompetisi di bawah tanah:
Ù Meliputi: Hara, air, dan udara
Ù Kecepatan penyerapan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, misalnya:
o Suhu
o Jenis tanah
o Bentuk
perakaran
Ù
Penguapan merupakan sumber penggerak untuk terjadinya
tekanan air yang mengakibatkan pengaliran air termasuk hara terlarut & O2
ke dalam tumbuh2an.
Ù
Hara merupakan factor yang paling penting dalam
persaingan antara gulma dan tanaman budidaya.
Ù
Sejauhmana persaingan atau kompetisi berlaku adalah
sangat bergantung pada banyaknya unsur hara yang tersedia dalam tanah dan
jumlah tumbuhan yang terlibat.
Ù
Unsur-unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak:
C,H, O, N, P, S, Ca, &Mg; karena unsur-unsur ini merupakan pembentuk
protoplasma, selaput dan dinding sel.
Ù
Disamping itu, terdapat 12 unsur lain yang diperlukan
dalam jumlah yang sangat kecil.
Ù
Setengah dari unsur-unsur ini tersedia dalam jumlah
yang sangat sedikit di dalam tanah sehingga menimbulkan kompetisi.
Ù
Gulma-gulma tertentu berkompetisi lebih unggul
terhadap hara dibandingkan tanaman budidaya, sehingga perlu dilakukan
penanganan gulma.
Ù
Varietas tanaman memberikan variasi dalam kemampuannya
berkompetisi terhadap hara.
Ù
Kompetisi antara gulma dan tanaman budidaya seringnya
terjadi terhadap air dan N, tetapi jarang terjadi terhadap K dan P, karena K dan
P terikat kuat di dalam tanah.
Ù Sifat-sifat
yang mempengaruhi kompetisi bawah tanah
1.
Penetrasi akar yang cepat dan pesat ke dalam tanah
2.
Kepadatan akar yang tinggi
3.
Perbandingan akar/tajuk yang tinggi
4.
Perbandingan panjang/berat akar yang tinggi
5.
Proporsi yang besar dari sistem akar yang aktif tumbuh
6.
Panjang rambut-rambut akar, Berpotensi besar dalam
menyerap nutrisi
Ù
Keunggulan gulma/budidaya akan salah satu factor dapat
membawa/ menyebabkan keunggulan akan hal-hal lainnya.
KONSEP DAN KESIMPULAN
· Daun adalah tempat kompetisi akan akan cahaya
· Cahaya tidak dapat ditransfer atau disimpan dalam tumbuhan; karena itu
tinggi tanaman adalah penentu dalam berkompetisi terhadap cahaya
· Cahaya merupakan factor yang paling banyak diperebutkan
· Kebanyakan gulma, terutama yang setahun sangat tidak toleran terhadap
naungan
· Kompetisi terhadap faktor-faktor dalam tanah tidak terjadi kecuali
daerah penyerapan akar dari dua tanaman yang berdekatan, overlapping.
· Derajat kompetisi dari gulma dan tanaman budidaya terhadap faktor-faktor
bawah tanah sangat ditentukan oleh volume tanah yang dikuasai/dihuni oleh
perakaran masing-masing.
· Kompetisi jarang terjadi hanya terhadap satu faktor pertumbuhan karena
adanya interaksi antara kompetisi dan bentuk/laju pertumbuhan tanaman.
· Usaha-usaha untuk menyediakan faktor-faktor yang dikompetisikan untuk memenuhi
baik kebutuhan gulma dan tanaman budidaya adalah tidak praktis.
Gejala
primer
Maize is very
sensitive to weed competition during the critical period between the V3 and the
V8 stages. Jagung sangat sensitif terhadap persaingan gulma selama periode
kritis antara V3 dan tahap V8.
Weeds damage
the crop primarily by competing for light, water, and nutrients. Gulma merusak
tanaman terutama dengan bersaing untuk cahaya, air, dan nutrisi.
Confirm
the problem by checking the tables below. Konfirmasi masalah dengan
memeriksa tabel di bawah ini.
Summary
Ringkasan
Causes of high weed competition Penyebab kompetisi gulma tinggi
|
Additional evidence required Bukti tambahan diperlukan
|
Poor manual
weed control. Buruk gulma kontrol manual.
|
Ask the
farmer about the timing, frequency, and methods of weeding. Tanyakan petani
tentang waktu, frekuensi, dan metode penyiangan.
|
Weeding too
late. Penyiangan terlambat.
|
Look for
large dead weeds lying in the field and stunted maize. Carilah gulma mati
besar tergeletak di lapangan dan jagung terhambat. Ask the farmer about when
he controlled weeds. Tanyakan petani tentang saat ia dikendalikan gulma.
|
Ineffective
herbicide application. Efektif herbisida aplikasi.
|
Ask the
farmer about conditions during application. Tanyakan petani tentang kondisi
selama aplikasi.
|
Planting
delayed after land preparation. Penanaman ditunda setelah persiapan lahan.
|
Ask the
farmer for dates of field operations. Mintalah petani untuk tanggal operasi
lapangan.
|
Problem weed
species not controlled by current method. Soal spesies gulma tidak
dikendalikan dengan metode saat ini.
|
Identify weed
species. Mengidentifikasi spesies gulma. The perennials are poorly controlled
manually. Para tanaman keras yang kurang terkontrol secara manual. Most
herbicides only control certain types of weeds (see Table 9 below). Herbisida
yang paling hanya mengontrol beberapa jenis gulma (lihat Tabel 9 di bawah
ini).
|
Alleopathic
weed. Alleopathic gulma.
|
Identify weed
species (see Table 8 below). Mengidentifikasi spesies gulma (lihat Tabel 8 di
bawah ini).
|
If the land
has been used for continuous maize cropping for many years, the load of weed
seeds will be very high. Jika lahan telah digunakan untuk tanam jagung terus
menerus selama bertahun-tahun, beban benih gulma akan sangat tinggi.
|
Ask the
farmer about the history of the field. Tanyakan petani tentang sejarah
lapangan.
|
The importance
of weed competition in maize depends on four factors: the crop growth stage,
the amount of weeds present, the degree of water and nutrient stress, and the
weed species. Pentingnya kompetisi gulma pada jagung tergantung pada empat
faktor: tahap pertumbuhan tanaman, jumlah gulma ini, tingkat air dan stres
gizi, dan spesies gulma. Weeds damage the crop primarily by competing for
light, water, and nutrients. Gulma merusak tanaman terutama dengan bersaing
untuk cahaya, air, dan nutrisi. Maize is very sensitive to this competition
during the critical period between the V3 and the V8 stages. Jagung sangat
sensitif terhadap kompetisi ini selama periode kritis antara V3 dan tahap V8.
Before the V3
stage, weeds are usually important only if they are larger than the maize or if
the crop is suffering from water stress. Sebelum tahap V3, gulma biasanya
penting hanya jika mereka lebih besar dari jagung atau jika tanaman menderita
stres air. Maize needs a period between the V3 and V8 stages when few weeds are
present. Jagung membutuhkan waktu antara V3 dan tahapan V8 saat gulma sedikit
yang hadir. From the V8 stage to maturity, the crop usually reduces the
sunlight reaching the weeds enough to provide good weed control. Dari tahap V8
hingga jatuh tempo, tanaman biasanya mengurangi sinar matahari mencapai gulma
cukup untuk menyediakan pengendalian gulma yang baik. In the later part of the
cycle, weeds are important mainly if water or nutrient stress is a problem, or
if a very aggressive weed overtops the maize and shades it, or if the weed has
some allelopathic effect. Pada bagian akhir dari siklus, gulma penting terutama
jika air atau stres gizi adalah masalah, atau jika gulma sangat agresif
overtops jagung dan nuansa itu, atau jika gulma memiliki beberapa efek
allelopati. In addition, some weeds make harvesting difficult, and thus
increase production costs. Selain itu, beberapa gulma membuat panen sulit, dan
dengan demikian meningkatkan biaya produksi.
Some weed
species cause more damage than others. Beberapa spesies gulma menyebabkan
kerusakan lebih dari yang lain. This can be because the weeds actually produce
toxic substances which damage the crop (allelopathy) or because the weeds are
very effective competitors for water or nutrients. Hal ini dapat terjadi karena
gulma benar-benar menghasilkan zat-zat beracun yang merusak tanaman
(allelopathy) atau karena gulma pesaing yang sangat efektif untuk air atau
nutrisi. Some weed species which are reported to be allelopathic are listed in
Table 8 below. Beberapa spesies gulma yang dilaporkan allelopati tercantum
dalam Tabel 8 di bawah ini.
Are weeds a
problem? Apakah gulma masalah?
Note: These
observations should be made before the maize reaches the 8-leaf stage. Catatan:
Observasi ini harus dilakukan sebelum jagung mencapai tahap 8-daun. If the
farmer controls weeds, you should make the observations just before the farmer
cultivates or applies herbicide, and note the crop growth stage. Jika petani
mengendalikan gulma, Anda harus membuat pengamatan sebelum petani memupuk atau
berlaku herbisida, dan perhatikan tahap pertumbuhan tanaman. If you visit the
field after flowering, it will be difficult to estimate the importance of weeds
on yield. Jika Anda mengunjungi lapangan setelah berbunga, akan sulit untuk
memperkirakan pentingnya gulma pada hasil.
Evidence:
observations. Bukti: pengamatan.
Examine a 5-m
length between the rows at 10 random locations in the field. Periksa panjang
5-m antara baris pada 10 lokasi secara acak di lapangan.
- Are many weeds larger than the
crop? Apakah gulma banyak lebih besar dari tanaman? Is the crop shaded by
the weeds? Apakah tanaman yang dinaungi oleh gulma? If so, the weeds are a
problem. Jika demikian, gulma masalah.
- Is the crop suffering from
drought stress? Adalah tanaman yang menderita stres kekeringan? Estimate
the percent of sunlight which falls on weeds rather than the crop or bare
ground. Perkirakan persen dari sinar matahari yang jatuh pada gulma
daripada tanaman atau tanah kosong. That percentage is close to the
percentage of the available water which is being used by the weeds rather
than by the crop. Persentase dekat dengan persentase air yang tersedia
yang digunakan oleh gulma bukan oleh tanaman.
- Note the growth stage of the
crop. Perhatikan tahap pertumbuhan tanaman. Between the V3 and V8 stages,
weed density should be low to avoid yield reduction. Antara V3 dan tahapan
V8, kepadatan gulma harus rendah untuk menghindari penurunan hasil.
- Do maize plants in weedy spots
in the field look different from those growing in clean spots? Apakah
tanaman jagung di tempat naga di lapangan terlihat berbeda dari yang
tumbuh di tempat yang bersih? This can indicate severe competition for
nutrients, water, and light, and/or allelopathic effects. Hal ini dapat
mengindikasikan persaingan yang berat untuk nutrisi, air, dan cahaya, dan
/ atau efek allelopati.
- Compare different areas of the
field with the photographs below. Bandingkan berbagai wilayah lapangan
dengan foto-foto di bawah ini. Estimate the amount of yield loss.
Perkirakan jumlah kehilangan hasil. This comparison should be made around
the V8 stage. Perbandingan ini harus dibuat di sekitar panggung V8.
- What are the main weed types
present? Apa saja jenis gulma utama yang hadir? Narrow or broad leaves?
Daun sempit atau luas? Annual or perennial? Tahunan atau tahunan? This
information is needed to identify a method for addressing weed control
problems and to know if toxins produced by the weeds might be important.
Informasi ini diperlukan untuk mengidentifikasi suatu metode untuk mengatasi
masalah pengendalian gulma dan untuk mengetahui apakah racun yang
dihasilkan oleh gulma mungkin penting.
Possible
solutions Kemungkinan solusi
- Recommend improving the method
or timeliness of weed control. Merekomendasikan meningkatkan metode atau
ketepatan waktu pengendalian gulma.
- Reduce problems of drought or nutrient
stress . Mengurangi masalah kekeringan atau stres
gizi .
- Increase population density of
crop and/or N application rate to get more shading of weeds. Meningkatkan
kepadatan populasi tanaman dan / atau N tingkat aplikasi untuk mendapatkan
shading lebih gulma.
- Move to another site or rotate
with another crop that will allow better control of problem weeds. Pindah
ke situs lain atau memutar dengan tanaman lain yang akan memungkinkan
kontrol yang lebih baik dari masalah gulma.
The following
photos demonstrate the impact of weed growth on maize yields. Foto-foto berikut
menunjukkan dampak pertumbuhan gulma pada hasil jagung. Maize at V8 under good,
fair, poor, and no weed control. Jagung di bawah V8 yang baik, adil, miskin,
dan tidak ada pengendalian gulma. If there were no subsequent weeding,
respective yields would be approximately 100, 75, 25, and 8% of potential. Jika
tidak ada penyiangan berikutnya, hasil masing-masing akan menjadi sekitar 100,
75, 25, dan 8% dari potensi. In the no-weeding treatment, even if weeds were
controlled from this stage on, the crop would already have suffered
irreversible damage (note the reduced plant size and early leaf senescence).
Dalam pengobatan tanpa penyiangan, bahkan jika gulma dikendalikan dari tahap
ini pada, tanaman sudah akan menderita kerusakan permanen (perhatikan ukuran
tanaman berkurang dan penuaan dini daun).
BAB IV
GULMA
TANAMAN
1. KERUGIAN AKIBAT GULMA
Produksi tanaman pertanian, baik
yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian
akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya,
iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain.
Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh
penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di
negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi
juga mempengaruhi persediaan pangan dunia.
Tanaman perkebunan juga mudah
terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma
diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan
rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman
perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma
lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica),
yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Persaingan antara gulma dengan
tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam
tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan
kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975)
menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman dalah
sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat
11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan
pemberantasan gulma pada padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut
antara 25-50 %.
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian
yang antara lain disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi
kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur
hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya
pengotoran benih oleh biji-biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh
gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya
adanya duri-duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman
yang diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman,
misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan
inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma
yang tepung sarinya menyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya
menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan
dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang
paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes).
Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air.
Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air
terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang
mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen
dalam air dan menurunkan produktivitas air.
Dalam kurun
waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada kerugian
akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang berkembang (Indonesia,
India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma sama besarnya dengan kerugian
akibat hama.
RANGKUMAN
Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan dengan
tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan allelopathy,
mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama
dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha
pertanian dan menurunkan produktivitas air.
2. KOMPETISI
A. Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
Adanya persaingan gulma dapat
mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi
antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara
dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.
a. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung
pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya.
Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun
kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak diberantas,
maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti
walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak dapat
mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma tetap
ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma
adalah unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak,
maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara
daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar
nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak;
kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih
dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara
daripada tanaman yang dikelola manusia.
b. Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga
membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu
lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari
dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar
satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram
bahan organik, gulma membutuhkan 330 – 1900 liter air. Kebutuhan yang
besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman. Contoh gulma Helianthus
annus membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman jagung. Persaingan
memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.
c. Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan
pertumbuhan berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah
cahaya matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai pertanaman berebut
untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan
cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua,
lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain yang lebih pendek, muda
dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhannya yang terdahulu serta
pertumbuhannya akan terhambat.
Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4
lebih efisien menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing
berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu penting untuk
memberantas gulma dari familia Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di sekitar
rumpun-rumpun padi yang berjalur C3.
Dari peristiwa persaingan antara
gulma dan tanaman pokok didalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya
matahari, Eussen (1972) menelorkan rumus :
TCV = CVN + CVW + CVL
di mana TCV = total competition value, CVN =
competition value for nutrient, CVW = competition value for water dan CVL =
competition value for light. Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma
terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara
+ nilai persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya.
Besar kecilnya (derajad) persaingan
gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya
pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan antara gulma dan
tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya
hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi
gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini.
a. Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara
gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin
terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan
pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Suroto
dkk. (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25, 50 dan 100
per m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman masing-masing
sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.
b. Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang
berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman pokok berbeda, penurunan hasil
tanaman pokok juga berbeda. Sebagai contoh kemampuan bersaing jawan (Echinochloa
crusgalli) dan tuton (Echinochloa colonum) terhadap tanaman padi
tidak sama atau berbeda.
c. Saat kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang
terjadi semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan
hasilnya semakin menurun. Hubungan antara saat kemunculan gulma dan pertumbuhan
atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi positif. Hasil penelitian
Erida dan Hasanuddin (1996) memperlihatkan bahwa saat kemunculan gulma
bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60 dan 75 hari setelah tanam masing-masing
memberikan bobot biji kedelai sebesar 166,22; 195,82; 196,11; 262,28; 284,77
dan 284,82 g/petak (2m x 3m).
d. Lama keberadaan gulma
Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman
pokok, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin
terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara lama keberadaan gulma
dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif.
Perlakuan lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 hari setelah
tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 353,37; 314,34;
271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan 166,22 g/petak (Erida dan Hasanuddin, 1996).
e. Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat
persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya
semakin menurun.
f. Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta
lebih luas dan dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang
lebih, sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman
pokok
g. Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4
lebih efisien, sehingga persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok
lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
h. Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan
mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau
lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang
mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga
pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
Di samping itu kemiripan gulma
dengan tanaman juga mempunyai arti penting. Masing-masing pertanaman memiliki
asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang mirip dengan
pertanamannnya. Sebagai contoh Echinochloa crusgalli lebih mampu
bersaing terhadap padi jika dibandingkan dengan gulma lainnya.
2. Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik
Gulma dan pertanaman yang diusahakan
manusia adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk
pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan cahaya, air,
hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya. Apabila
dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka akan perakaran kedua tumbuhan itu akan
terjalin rapat satu sama lain dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi,
dengan akibat tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih
dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun tajuknya akan
lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya. Dengan demikian perbedaan sifat
dan habitus tumbuhanlah yang merupakan penyebab terjadinya persaingan antara
individu-individu dalam spesies tumbuhan yang sama (intra spesific
competition atau kompetisi intra spesifik) dan persaingan antara
individu-individu dalam spesies tumbuhan yang berbeda (inter spesific
competition atau kompetisi inter spesifik). Persaingan gulma terhadap
pertanaman disebabkan antara lain oleh karena gulma lebih tinggi dan lebih
rimbun tajuknya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya, sehingga
pertanaman kalah bersaing dengan gulma tersebut.
3. Periode Kritis
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat
selang waktu tertentu dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma.
Keberadaan atau munculnya gulma pada periode waktu tersebut dengan kepadatan
tertentu yaitu tingkat ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara
nyata. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma
dikenal sebagai periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum
dimana setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma selanjutnya tidak
terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam periode kritis, adanya gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh
negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
Periode kritis adalah periode dimana
tanaman pokok sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga
pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak dilakukan
maka hasil tanaman pokok akan menurun. Pada umumnya persaingan gulma terhadap
pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus
hidupnya atau ¼ - 1/3 pertama dari umur pertanaman.
Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman akan mengurangi kuantitas hasil
panenan, sedangkan gangguan persaingan gulma menjelang panen berpengaruh lebih
besar terhadap kualitas hasil panenan. Waktu pemunculan (emergence) gulma
terhadap pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan. Gulma yang
muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan dengan tanaman yang
dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan
gulma yang berkecambah (2-4 minggu) setelah pemunculan pertanaman sedikit
pengaruhnya.
Dengan diketahuinya periode kritis
suatu tanaman, maka saat penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan
atau pengendalian yang dilakukan pada saat periode kritis mempunyai beberapa
keuntungan. Misalnya frekuensi pengendalian menjadi berkurang karena terbatas
di antara periode kritis tersebut dan tidak harus dalam seluruh siklus
hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin
dan efektifitas kerja menjadi meningkat.
RANGKUMAN
Gulma dan pertanaman mengadakan
persaingan memperebutkan hara, air dan cahaya, sehingga TCV = CVN + CVW + CVL.
Besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap
baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya hasil tanaman
pokok, jika dilihat dari segi gulmanya sangat ditentukan oleh kerapatan gulma,
macam gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma, lama keberadaan
gulma, habitus gulma, jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4),
dan ada tidaknya allelopati.
Gulma dan pertanaman adalah
sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan serupa untuk pertumbuhan normalnya.
Perbedaan sifat dan habitus tumbuhan merupakan penyebab terjadinya kompetisi
intra spesifik dan kompetisi inter spesifik.
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat
selang waktu tertentu di mana tanaman sangat peka atau sensitif terhadap
persaingan gulma, sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian,
dan jika tidak maka hasil tanaman akan menurun. Pada umumnya periode
kritis terjadi pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau pada saat
¼ - 1/3 pertama dari umur pertanaman. Dengan diketahui
periode kritis suatu tanaman maka saat penyiangan yang tepat menjadi tertentu.
Penyiangan gulma dilakukan pada saat periode kritis.
3. ALLELOPATI
Tumbuh-tumbuhan
juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi biokimiawi, yaitu salah
satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi
biokimiawi antara gulma dan pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan
perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar
terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.
Beberapa
species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan senyawa beracun dari
akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya.
Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain
disebut alelopati dan zat kimianya disebut alelopat. Umumnya
senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol.
Tidak semua
gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma yang diketahui mengeluarkan
senyawa racun adalah alang-alang (Imperata cylinarica), grinting (Cynodon
dactylon), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium, Salvia
lenocophyela dan lain-lain.
Eussen (1972)
menyatakan, bahwa apabila gulma mengeluarkan senyawa beracun maka nilai
persaingan totalnya dirumuskan sebagai berikut :
TCV = CVN + CVW + CVL + AV
dimana TCV =
total competition value, CVN = competition value of nutrient, CVW = competition
value of water, CVL = competition value of light, dan AV = allelopathic value.
Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma yang mengeluarkan alelopat
terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara
+ nilai persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya + nilai
alelopatik.
Secara umum
alelopati selalu dikaitkan dengan maslah gangguan yang ditimbulkan gulma yang
tumbuh bersama-sama dengan tanaman pangan, dengan keracunan yang ditimbulkan
akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis
rotasi tanaman, dan pada regenarasi hutan.
Kuantitas dan
kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara lain dipengaruhi
kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma,
habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur fotosintesis gulma (C3
atau C4).
1. Sumber Senyawa Alelopati
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai
potensi alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun,
batang, akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati
dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk
melalui :
a. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui
penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui
penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia.
Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat
diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat
pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
b. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan
oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam
benzoat, sinamat, dan fenolat.
c. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari
bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau
tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun,
sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan
tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati,
senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada
bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya
dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa
jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya.
Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan
senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah
tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa
alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Alang-alang (Imperata cyndrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang
masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika
sudah mati baik organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah
tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati.
2. Gulma Yang Berpotensi Alelopati
Alelopati dapat meningkatkan
agresivitas gulma di dalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui
eksudat yang dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil
pembusukan bagian-bagian organnya yang telah mati.
Beberapa jenis gulma yang telah
diketahui mempunyai potensi mengeluarkan senyawa alelopati dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Jenis gulma yang mempunyai aktivitas alelopati
Jenis gulma
|
Jenis tanaman pertanian yang peka
|
Abutilon theoprasti
|
beberapa jenis
|
Agropyron repens
|
berbagai jenis
|
Agrostemma githago
|
gandum
|
Allium vineale
|
oat
|
Amaranthus spinosus
|
kopi
|
Ambrosia artemisifolia
|
berbagai jenis
|
A. trifida
|
kacang pea, gandum
|
Artemisia vulgaris
|
mentimun
|
Asclepias syriaca
|
sorgum
|
Avena fatua
|
berbagai jenis
|
Celosia argentea
|
bajra
|
Chenopodium album
|
mentimun, oat, jagung
|
Cynodon dactylon
|
kopi
|
Cyperus esculentus
|
jagung
|
C. rotundus
|
sorgum, kedelai
|
Euporbia esula
|
kacang pea, gandum
|
Holcus mollis
|
barli
|
Imperata cylindrica
|
berbagai jenis
|
Poa spp.
|
tomat
|
Polygonum persicaria
|
kentang
|
Rumex crisparus
|
jagung, sorgum
|
Setaria faberii
|
jagung
|
Stellaria media
|
barli
|
(Sumber : Putnam, 1995)
Telah banyak bukti yang dikumpulkan
menunjukkan bahwa beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk Agropyron
repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus rotundus dan Imperata
cylindrica mempunyai pengaruh alelopati, khususnya melalui senyawa beracun
yang dikeluarkan dari bagian-bagian yang organnya telah mati.
3. Pengaruh Alelopati
Beberapa pengaruh alelopati terhadap
aktivitas tumbuhan antara lain :
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan
hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel
akar tumbuhan.
Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan
yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat
respirasi akar.
Senyawa alelopati memberikan pengaruh
menghambat sintesis protein.
Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan
daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan.
Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas
enzim.
4. Pengaruh Alelopati terhadap Pertumbuhan
Telah banyak bukti yang menunjukkan
bahwa senyawa alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Laporan yang
paling awal diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada tanah-tanah bekas
ditumbuhi Agropyron repens, pertumbuhan gandum, oat, alfalfa, dan barli
sangat terhambat.
Alang-alang menghambat pertumbuhan
tanaman jagung dan ini telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot
bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air dan cahaya bukan
merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa
beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang telah mati
dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat
pertumbuhan jagung. Lamid dkk. (1994) memperlihatkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang, semakin besar pengaruh negatifnya
terhadap pertumbuhan kecambah padi gogo.
Penelitian semacam ini juga telah
banyak dilakukan misalnya pada teki (Cyperus rotundus). Pengaruh teki
terhadap pertumbuhan jagung, kedelai dan kacang tanah juga telah dipelajari
dengan metode tidak langsung. Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai konsentrasi
telah digunakan dalam percobaan. Sutarto (1990) memperlihatkan bahwa tekanan
ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250 ml air menyebabkan pertumbuhan tanaman
kacang tanah menjadi kerdil dan kurus, serta potensi hasilnya menurun.
RANGKUMAN
Beberapa species gulma menyaingi
pertanaman dengan mengeluarkan senyawa beracun. Tidak semua gulma mengeluarkan
senyawa beracun. Apabila gulmanya mengeluarkan senyawa beracun maka rumusan
nilai persaingan totalnya adalah TCV = CVN + CVW + CVL + AV. Di mana TCV =
total competition value, CVN = competition value of nutrient, CVW = competition
value of water, CVL = competition value of light, dan AV = allelopathic value.
Kuantitas dan kualitas senyawa
alelopati yang dikeluarkan oleh gulma dipengaruhi oleh kerapatan gulma, macam
gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan
tumbuh gulma dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4).
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai
potensi alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun,
batang, akar rizoma, umbi, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa alelopati
dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk
melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan organ tumbuhan.
Beberapa gulma yang berpotensi alelopati baik yang masih hidup atau yang sudah
mati sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati melalui organ yang berada dia
atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Beberapa jenis gulma yang berpotensi
mengeluarkan senyawa alelopati ialah Abutilon theoprasti, Agropyron
repens, Agrostemma githago, Allium vineale, Amaranthus spinosus, Ambrosia
artemisifolia, A. trifidia, Artemisia vulgaris, Asclepias syriaca, Avena fatua,
Celosia argentea, Chenopodium album, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus, C.
rotundus, Euphorbia esula, Holcus mollis, Imperata cylindrica, Poa spp. ,
Polygonum persicaria, Rumex crispus, Setaria faberii, Stellaria media.
Senyawa alelopati dapat menghambat
penyerapan hara, pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis,
respirasi, sitesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran sel dan
menghambat aktivitas enzim.
Alelopati menghambat pertumbuhan
tanaman. Agropyron repens menghambat pertumbuhan gandum, oat, alfalfa
dan barli. Alang-alang dan teki baik yang masih hidup maupun yang sudah
mati menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman budidaya.
4. KLASIFIKASI GULMA
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada
dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi
sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat
atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi
beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan
dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya
mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok.
Hal demkian inilah yang merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem
buatan. Pada klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi
dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih
maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya
tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke
dalam kelompok yang sama.
Cara klasifiksi pada gulma cenderung
mengarah ke sistem buatan. Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita
dapat mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang
berbeda pula. Masing-masing kelompok memperlihatkan perbedaan di dalam
pengendalian. Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :
1. Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat
dikelompokan menjadi :
a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan
siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun
(mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena
kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering
disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi
kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai
beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang
banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan
hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa
crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava,
Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.
b. Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan
siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada
tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset
dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada
periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang termasuk gulma
dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare,
Circium altissimum dan Artemisia biennis.
c. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih
dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan
berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang biak secara
vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut
seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan tetapi
begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.
Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan
dibedakan menjadi dua :
1). Simple perennial, yaitu
gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila
bagian tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh menjadi individu
baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan Rumex sp., apabila akarnya
terpotong menjadi dua, maka masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi
individu baru.
2). Creeping perennial, yaitu
gulma yang dapat berkembang biak dengan akar yang menjalar (root creeping),
batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di dalam
tanah (rhizioma). Yang termasuk dalam golongan ini contohnya Cynodon
dactylon, Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium vulgare. Beberapa
diantaranya ada yang berkembang biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus
rotundus dan Helianthus tuberosus. Contoh gulma tahunan populair
yang perkembangbiakan utamanya dengan rhizoma adalah alang-alang (Imperata
cylindrica). Dengan dimilikinya alat perkembangbiakan vegetatif, maka gulma
tersebut sukar sekali untuk diberantas. Adanya pengolahan tanah untuk penanaman
tanaman pangan atau tanaman setahun lainnya akan membantu perkembangbiakan,
karena dengan terpotong-potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka
pertumbuhan baru akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak dengan
pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air tercukupi. Adanya
pengendalian dengan frekuensi yang tinggi (sering atau berulang-ulang) baik
secara mekanis ataupun secara kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan
tertekan juga. Satu cara pengendalian yang efektif, yang juga diperlukan adalah
dengan membunuh kecambah-kecambah yang baru muncul atau tumbuh di atas
permukaan tanah.
2. Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan
menjadi :
a. Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada
habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica,
Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp. , dan lain sebagainya.
b. Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat
air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1). Gulma air garam (saltwater
atau marine weeds), yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air
laut, misal di hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum
aureum.
2). Gulma air tawar (fresh water
weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar. Dikelompokkan lagi ke
dalam:
a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating
weeds), contohnya Eichornia crassipes, Salvinia cuculata, Pistia
stratiotes.
b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged
weeds), dibedakan ke dalam :
Gulma yang hidup melayang (submerged not
anchored weeds), contoh Ultricularia gibba.
Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged
anchored weeds), contoh Hydrilla verticillata, Ottelia alismoides, Najas
indica, Ceratophyllum demersum.
c). Gulma yang sebagian tubuhnya
tenggelam dan sebagian mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp.
, Nymphoides indica.
d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal
weeds), contoh Panicum repens, Scleria poaeformis, Rhychospora
corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia sp., Leersia hexandra, Cyperus
elatus.
3. Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma
dikelompokkan menjadi :
a. Terdapat di tanah sawah,
contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola colonum, Monochoria vaginalis,
Limnocharis flava, Marsilea crenata.
b. Terdapat di tanah kering atau tegalan,
contohnya Cyperus rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.
c. Terdapat di tanah perkebunan
besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia sp., Pistia
stratiotes.
4. Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan
ke dalam :
a. Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar
atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji
berkeping satu. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus
dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens.
b. Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip
atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji
berkeping dua. Contohnya Amaranthus spinosus, Mimosa sp., Euphatorium
odoratum.
c. Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora.
Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.
5. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke
dalam :
a. Golongan rumput (grasses)
Gulma golongan rumput termasuk dalam familia
Gramineae/Poaceae.
Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan
berongga.
Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun
dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu
pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi
daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah
daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir
(spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak
bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap
bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang
tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea.
Buah disebut caryopsis atau grain.
Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa
crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.
b. Golongan teki (sedges)
Gulma golongan teki termasuk dalam familia
Cyperaceae.
Batang umumnya berbentuk segitiga,
kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.
Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak
memiliki lidah-lidah daun (ligula).
Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku.
Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh
suatu daun pelindung.
Buahnya tidak membuka.
Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis
littoralis, Scripus juncoides.
c. Golongan berdaun lebar (broad leaves)
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk
Dicotyledoneae dan Pteridophyta.
Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala.
Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis
flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp.
6. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke
dalam :
a. Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak pernah
dijumpai hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang
dikelola oleh manusia. Contoh Convolvulus arvensis, Monochoria vaginalis,
Limnocharis flava.
b. Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara
liar dan dapat pula tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia.
Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp.
7. Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan
dalam :
a. Gulma non parasit, contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.
b. Gulma parasit, dibedakan lagi menjadi :
1) Gulma parasit sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).
Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai
klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan makannya
diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium)
memasuki sampai ke jaringan floem.
2) Gulma semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat
melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya
diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan
silem.
3) Gulma hiper parasit, contoh Viscum sp.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat
melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil
dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.
RANGKUMAN
Klasifikasi gulma dapat didasarkan
pada siklus hidup, habitat, tempat tumbuh, sistematika, morfologi, asal atau
parasit tidaknya.
Berdasarkan siklus hidup gulma
dibedakan menjadi gulma setahun, gulma dua tahun dan gulma tahunan. Berdasarkan
habitatnya dibedakan menjadi gulma darat dan gulma air. Berdasarkan tempat
tumbuhnya dibedakan menjadi gulma yang terdapat di tanah sawah, gulma yang
terdapat di tanah kering/tegalan, gulma yang terdapat di tanah perkebunan besar
dan gulma yang terdapat di rawa-rawa atau waduk. Berdasarkan sistematikanya
dibedakan menjadi gulma Monocotyledoneae, gulma Dicotyledoneae dan gulma
Pteridophyta. Berdasarkan morfologinya dibedakan menjadi gulma golongan rumput,
gulma golongan teki dan gulma golongan berdaun lebar. Berdasarkan asalnya
dibedakan menjadi gulma obligat dan gulma fakultatif. Sedang berdasarkan
parasit atau tidaknya dibedakan menjadi gulma non parasit dan gulma parasit.
5. CARA-CARA PENGENDALIAN
GULMA
Pengendalian dapat berbentuk
pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu
lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun kegiatan pengendalian yang
banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan cara-cara :
1. Preventif (pencegahan)
Cara ini teruatama ditujukan
terhadap species-species gulma yang sangat merugikan dan belum terdapat tumbuh
di lingkungan kita. Species gulma asing yang cocok tumbuh di tempat-tempat baru
dapat menjadi pengganggu yang dahsyat (eksplosif). Misalnya kaktus di Australia,
eceng gondok di Asia-Afrika. Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarkan gulma
baru antara lain adalah :
a. Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari
kontaminasi biji-biji gulma
b. Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang
c. Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan
rumput-rumput makanan ternak
d. Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan
saluran-saluran pengairan
e. Pembersihan ternak yang akan diangkut
f. Pencegahan pengangkutan tanaman
berikut tanahnya dan lain sebagainya.
Apabila hal-hal tersebut di atas
tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus dicegah pula agar jangan
sampai gulma berbuah dan berbunga. Di samping itu juga mencegah gulma tahunan
(perennial weeds) jangan sampai berbiak terutama dengan cara vegetatif.
2. Pengendalian gulma secara fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini
dapat dilakukan dengan jalan :
a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dengan menggunakan
alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan sebagainya pada umumnya juga
berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat pengolah tanah di
dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari
gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi,
macamnya krop yang ditanaman, jenis dan topografi tanah dan iklim.
b. Pembabatan (pemangkasan, mowing)
Pembabatan umumnya hanya efektif
untuk mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif untuk gulma tahunan.
Efektivitas cara ini tergantung pada waktu pemangkasan, interval (ulangan) dan
sebagainya. Pembabatan biasanya dilakukan di perkebunan yang mempunyai krop
berupa pohon, pada halaman-halaman, tepi jalan umum, jalan kereeta pai, padang
rumput dan sebagainya. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada waktu gulma
menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh dengan hebat.
c. Penggenangan
Penggenangan efektif untuk
memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15 - 25 cm selama
3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena bila sebagian
daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih dapat hidup.
d. Pembakaran
Suhu kritis yang menyebabkan
kematian pada kebanyakan sel adalah 45 - 550 C, tetapi biji-biji
yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup. Kematian dari sel-sel
yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya.
Pembakaran secara terbatas masih
sering dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan
setelah dipangkas. Pada sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan
oleh penduduk setempat. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah
yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan
tanah-tanah industri.
Keuntungan pembakaran untuk
pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara kimiawi adalah pada
pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain
dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama lain serta penyakit seperti
cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi
sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat
memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat
menimbulkan alergi dan sebagainya.
e. Mulsa (mulching, penutup seresah)
Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk
mencegah agar cahaya matahari tidak sampai ke gulma, sehingga gulma tidak dapat
melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan pertumbuhan yang baru
(perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mulsa
antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan plastik.
1. Pengendalian gulma dengan sistem budidaya
Cara pengendalian ini jiga disebut
pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi
yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan
pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan
sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
a. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk
mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan.
Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu
biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu
dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya.
Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik
dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada
tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria
vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat
akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
b. Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang
cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi
masalah gulma.
Penanaman rapat agar tajuk tanaman
segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan
gulma.
Pemupukan yang tepat merupakan cara
untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing
pertanaman terhadap gulma.
Waktu tanaman lambat, dengan
membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau
herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar
gulmanya telah mati terberantas.
c. Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops)
Mencegah perkecambahan dan
pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen
yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri.
2. Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah
pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi,
ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta
atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing
yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang
lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang
akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman
atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis.
Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta
yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di Australia dengan
menggunakan Cactoblastis cactorum, dan pengendalian Salvinia sp.
dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok (Eichhornia
crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina
bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang
berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae
untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora
sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik
terhadap species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan,
kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.
3. Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi
adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan
herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau
menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam
herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada
saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma
secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas.
Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu
terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian
gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara
pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan
tersendiri lebih lanjut.
4. Pengendalian gulma secara terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian
gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara
secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Walaupun telah dikenal beberapa cara
pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi
serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan
gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang
menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian.
Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini
tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya
diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara
pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan,
pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan
pertanaman yang lain.
RANGKUMAN
Pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Secara preventif, misalnya dengan pembersihan bibit-bibit
pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma, pencegahan pemakaian pupuk kandang
yang belum matang, pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan
rumput-rumputan makanan ternak, pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan
saluran-saluran pengairan, pembersihan ternak yang akan diangkut, pencegahan
pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan sebagainya.
Secara fisik, misal dengan
pengolahan tanah, pembabatan, penggenangan, pembakaran dan pemakaian mulsa.
Dengan sistem budidaya, misal dengan
pergiliran tanaman, budidaya pertanaman dan penaungan dengan tumbuhan penutup
(cover crops).
Secara biologis, yaitu dengan
menggunakan organisme lain seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya.
Secara kimiawi, yaitu dengan
menggunakan herbisida atau senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan
atau menekan pertumbuhan gulma baik secara selektif maupun non selektif, kontak
atau sistemik, digunakan saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh.
Secara terpadu, yaitu dengan
menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan
hasil yang sebaik-baiknya.
Sastroutomo, S, S. 1990. Ekologi Gulma. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sundaru, M. M. Syam., J. Bakar.
1976. Beberapa jenis gulma pada padi sawah. Bull. Tek. LP3 Bogor.
No comments:
Post a Comment