Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pembelajaran tentang morfologi tumbuhan.
Harapan kami semoga Makalah
ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.
Bengkulu, oktober 2011
penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar
…………………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………………………
BAB I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
………………………………………………………….….
1.2 .Perumusan Masalah……………………………………………………….
1.3. Tujuan Masalah……………………………………………………………..
BAB II. Pembahasan
A.
Tembuni (Plantae)………………………………………………………….
B. Bakal biji (ovum)……………………………………………………………
C. Tangkai Kepala putik (Stylus)……………………………………………
D. Kepala Putik (Stigma)………………………………………………………
E. Kelenjar Madu (Nectarium)………………………………………………..
F. Penyerbukan (Pollinatio) dan Pembuahan
(Fertilisatio)……………..
G. Diagram Bunga………………………………………………………………
H.
Rumus Bunga…………………………………………………………………
BAB III. Penutup
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran……………………………………………………………………………
Daftar Pustaka
BAB 1 Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Bakal
biji itu dalam bakal buah terdapat pada bagian khusus yang menjadi pendukung
bakal biji tadi. Bagian bakal buah yang menjadi pendukung bakal biji atau menjadi tempat duduknya bakal-bakal
biji dinamakan tembuni (placenta). Letak tembuni (jadi juga bakal bijinya) di
dalam bakal buah berbeda-beda. Dalam menyebutkan letak tembuni seringkali
diperhatikan pula letak tembuni itu pada daun buah yang menjadi penyusun bakal
buah tadi.
Bakal biji atau calon
biji sendiri duduk pada tembuni dengan cara yang berbeda-beda pula. biji
terdapat dalam bakal buah, yang merupakan badan yang tertutup, jadi bakal biji
tidak tampak dari luar.
Tangkai
kepala putik itu berbentuk benang sari atau buluh yang dalamnya berongga,
mempunyai saluran tangkai kepala (Canalis stylinus) atau tidak.umumnya tangkai
kepala putik mudah dibedakan dari tangkai sari, karena kebanyakan lebih besar.
Bunga merupakan organ tumbuhan yang nantinya akan menjadi buah dan didalam buah
nanti akan terjadi biji, dan didalam bijilah terdapat calon tumbuhan baru,
yaitu lembaga. Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari
semua bagian bunga yang dipotong melintang.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
judul dan latar belakang diatas, maka yang merupakan masalah didalamnya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana
cara menentukan letak bakal biji , penyerbukan dan pembuahan?
2. Bagaimana
menentukan rumus bunga dan membuat diagram bunga ?
1.3
Tujuan
masalah
Berdasarkan
permasalahan diatas, maka tujuan makalah ini adalah :
1. Supaya
kita dapat mengetahui bagaimana cara membuat diagram bunga ataupun rumus bunga.
2. Agar
kita dapat menjelaskan penerapan
morfologi dan dapat mengetahui letak bakal biji, benang sari, kepala putik dan
lain-lain.
BAB II. PEMBAHASAN
A.Tembuni (Placenta)
Didalam bakal buah
terdapat calon-calon biji yang dinamakan bakal biji, yang berjumlahh satu atau
lebih. Bakal biji itu dalam bakal buah terdapat pada bagian khusus yang menjadi
pendukung bakal biji tadi. Bagian bakal buah yang menjadi pendukung bakal biji atau menjadi tempat duduknya bakal-bakal
biji dinamakan tembuni (placenta).
Letak tembuni (jadi
juga bakal bijinya) di dalam bakal buah berbeda-beda. Dalam menyebutkan letak
tembuni seringkali diperhatikan pula letak tembuni itu pada daun buah yang
menjadi penyusun bakal buah tadi.
Gambar. Perlekatan
daun-daun buah dan letak bakal biji
Menurut letaknya,
tembuni dibedakan dalam :
Ø
Marginal
(marginalis), bila letaknya pada tepi daun buah,
Ø
Laminal
(laminalis), bila letaknya pada helaian daun buahnya.
Untuk bakal buah yang
hanya terdiri atas satu ruang, maka kemungkinan letak tembuninya adalah :
Ø
Pariental
(parietalis), yaitu pada dinding bakal-bakal buah, yang jika diperhatikan pula
bagaimana letaknya pada daun buah, dapat dibedakan lagi dalam dua macam :
ü Pada dinding di tepi
daun buah (parietali-marginalis)
ü Pada dinding di
helaian daun buah (parietalis-lamina)
Ø
Sentral
(centraliis atau axlis), yaitu di pusat atau di poros , bila tembuni terdapat
di tengah-tengah rongga bakal buah yang beruang satu , biasanya berbentuk buluh
atau siilinder dengan bakal-bakal
bijinya menghadap ke semua jurusan (menghadap kea rah dinding bakal buah),
Ø
Aksilar
(axillaris), yaitu disudut tengah, bila tembuni
terdapat pada bakal buah yang beruang lebih dari pada dua dan tembuni
tadi terdapat dalam sudut pertemuan daunn-daun buah yang melipat ke dalam dan
merupakan sekat-sekat bakal buah. Jadi
bersifat marginal.
B. Bakal biji (Ovulum)
Bakal biji atau calon
biji sendiri duduk pada tembuni dengan cara yang berbeda-beda pula. Pada
umumnya pada bakal biji dapat dbedakan bagian-bagian berikut :
Ø
Kulit
bakal biji (integumentum), yaitu lapisan
bakal biji yang paling luar, yang kelak akan merupakan kulit biji, bakal biji
dapat mempunyai satu atau dua lapisan
kulit bakal biji,
Ø
Badan
bakal biji atau nuselus (nucellus), yaitu jaringan yang diselubungi oleh kulit
bakal biji tadi,
Ø
Kandung
lembaga (saccus embryonalis), sebuah sel dalam nuselus yang mengandung sel telur (ovum), dan kalau
sudah terjadi pembuahan (peleburan sel
telur dengan inti kelamin jantan), akan menjadi lembaga (embryo) yaitu calon
invidu baru.
Ø
Liang
bakal biji (micropyle), yaitu suatu liang pada kulit bakal biji, yang menjadi
jalan inti kelamin jantan yang berasal dari buluh serbuk sari untuk dapat
bertemu dengan sel telur yang terdapatdalam kandung lembaga, sehingga dapat
berlangsung peristiwa pembuahan.
Ø
Tali
pusar (Funiculus), pendukung bakal biji yang menghubungkan bakal biji dengan
tembuni.
Mengenal letak bakal
biji pada tembuni dapat dibedakan lima posisi utama yaitu,
1.
Tegak
2.
Mengangguk
3.
Bengkok
4.
Setengah
mengangguk
5.
Melipat
Gambar.
kedudukan bakal-bakal biji
Dalam hal seperti ini
diuraikan diatas, bakal biji terdapat dalam bakal buah, yang merupakan badan
yang tertutup, jadi bakal biji tidak tampak dari luar. Semua tumbuhan dengan
bakal biji yang tersembunyi didalam bakal buah dijadikan satu golongan yang
dinamakan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Dan tumbuhan lain dengan bakal
biji yang tampak dari luar merupakan golongan lain yang dinamakan tumbuhan biji
telanjang atau tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae).
C. Tangkai Kepala Putik (Stylus)
Tangkai kepala putik
merupakan bagian putik yang biasanya terbentuk benang dan merupakan kelanjutan
bakal buah keatas. Tangkai kepala putik juga merupakan suatu bagian daun buah,
oleh sebab itu pada bakal buah yang tersusun atas beberapa daun buah,
seringkali tampak diatasnya sejumlah tangkai kepala putik yang sesuai dengan
jumlah daun buah penyusun bakal buahnya, karena tiap daun buah keatas
membenttuk satu tangkai kepala putik. Tangkai kepala putik itu berbentuk benang
sari atau buluh yang dalamnya berongga, mempunyai saluran tangkai kepala
(Canalis stylinus) atau tidak.umumnya tangkai kepala putik mudah dibedakan dari
tangkai sari, karena kebanyakan lebih besar.
Gambar
. daun buah pakis haji dengan sejumlah bakal biji pada tepinya.
Adakalanya tangkai
kepala putik masih memperlihatkan asalnya sebagai metamorphosis daun, yaitu
mempunyai bentuk yang pipih lebar seperti daun, misalnya pada bunga tasbih
(Canna sp). Tangkai kepala putik ada yang bercabang ada yang tidak, dan jika
bercabang, tiap ujung cabang tangkai kepala putik itu mendukung satu kepala
putik , jadi pada tangkai kepala putik yang bercabang terdapat lebih banyak
kepala putik dari pada tangkai kepala putiknya.
D. Kepala Putik (Stigma)
Kepala putik adalah
bagian putik yang paling atas, yang terdapat pada ujung tangkai kepala putik
atau ujung cabang tangkai kepala putik. Bagian ini berguna untuk menangkap
serbuk sari, jadi mempunyai peranan yang penting dalam penyerbukan.
Bentuk kepala putik
beraneka ragam, biasanya disesuaikan dengan cara penyerbukan pada bunga yang
bersangkutan .
Ø
Seperti
benang, misalnya pada bunga jagung (Zea mays L,)
Ø
Seperti
bulu ayam, pada bunga padi (Oryza sativa L.)
Ø
Seperti
bulu-bulu, misalnya pada bunga kecipir (Psophocarpus tetragonolobus D.C)
Ø
Bulat,
misalnya pada bunga jeruk (Citrus sp.)
Ø
Bermacam-macam
bentuk lain lagi, misalnya seperti bibir,seperti cawan,serupa daun mahkota,dst.
Gambar.
Kepala putik berbentuk bulu
E.
Kelenjar Madu (Nectarium)
Berbagai jenis
tumbuhan mempunyai bunga yang menghasilkan madu, dan oleh karenanya bunga itu
lalu mendapat kunjungan berbagai macam binatang (serangga, burung) untuk
mendapatkan madu tadi.
Dengan
demikian dapat kita ketahuai, bahwa madu (nectar) yang dihasilkan oleh bunga,
bagi tumbuhanya sendiri mempunyai arti yang penting, yaitu menyebabkan adanya
kunjungan binatang yang dapat menjadi perantaraan dalam proses penyerbukan, dan
dengan itu, ikut memainkan peranan dalam menjamin terjadinya keturunan baru
yang seterusnya akan menjamin kelestarian jenis tumbuhan itu diatas bumi ini.
Gambar
. Nectarium.
Madu yang terdapat
pada bunga biasanya dihasilkan oleh kelenar madu (nectarium), yang berdasarkan
asalnyadapat dibedakkan dalam:
Ø
Kelenar
madu yang merupakan suatu bagian khusus (suatu alat tambahan) pada bunga,
Ø
Kelenar
madu yang terjadi dari salah satu bagian bunga yang telah mengalami
metamorphosis dan telah berubah pula tugasnya.
Mengenal bentuk dan
tempatnya pada bunga pun amat bermacam-macam :
Ø
Seperti
subang di bakal buah dan melingkari tangkai kepala putik , misalnya pada bunga
jeruk (Citrus sp)
Ø
Seperti
cakram pada dasar bunga, disebelah bawah bakal buah, dll
Kelenjar madu yang
merupaka metamorphosis salah satu bagian bunga dapat berasal dari :
Ø
Daun
mahkota
Ø
Benang
sari
Ø
Bagian-bagian
lain pada bunga.
Dalam demikian tentu saja letak
bagian bunga yang berubah menjadi kelenar madu itu.
F. Penyerbukan dan persarian (Pollinatio) dan
pembuahan (fertilisatio)
Bunga merupakan organ
tumbuhan yang nantinya akan menjadi buah dan didalam buah nanti akan terjadi
biji, dan didalam bijilah terdapat calon tumbuhan baru, yaitu lembaga.
Buah, biji dan lembaga
hanya akan terjadi setelah terlebih dahulu pada bunga terjadi peristiwa penyerbukan (pollination) dan pembuahan (fertilisatio). Bunga yang
telah siap untuk melakukan (mengalami) peristiwa tersebut , kepala sarinya pecah atau membuka
dan keluarlah serbuk sarinya.
Selama pertumbuhan
ini, inti dalam serbuk sari membelah menjadi dua, satu dibagian depan buluh
yang menjadi penuntun gerak tumbuh bulu itu kearah bakal biji (inti vegetative), yang kedua (inti generative) lalu membelah lagi
menjadi dua inti sperma. Setelah
sampai pada liang bakal biji, inti vegetative binasa, dinding buluh bagian itu
terlarut dan kedua inti spermanya dapat
menuju kekandung lembaga. Sementara itu dalam kandung lembaga intinya membelah
tiga kali secara berurutan sehingga terjadi 8 inti. Dar 8 inti tadi tiga munuju
ke tempat yang berhadapan dengan liang bakal biji, dan dari tiga inti itu satu
merupakan sel telur (ovum) dan yang
kedua dikanan kirinya merupakan pengarak atau pendamping. Tiga inti lainnya
menuju kebagian kandung lembaga yang berlawanan dengan liang kandung lembaga
(berhadapan dengan bagian bakal biji yang disebut chalaza), dan menjadi bagian
yang dinamakan : antipoda. Yang dua
lagi menuju ketengah kandung lembaga
dan bersatu menjadi yang dinamakan inti kandung lembaga sekunder. Pembuahan ganda hanya terjadi pada golongan
tumbuhan biji tertutup, sedangkan pada tumbuhan biji telanjang tidak ada inti
kandung lembaga sekunder, jadi yang dapat mengadakan perkawinan hanya sel telur
saja. Oleh sebab itu pada golongan tumbuhan biji telanjang dikatakan hanya ada
pada pembuhan tunggal.
Penyerbukan tidak
selalu di ikuti oleh pembuahan. Lazim nya penyerbukan hanya akan di ikuti oleh
pembuahan bila tumbuhan di serbuki oleh tumbuhan yang sama atau sejenis. Meskipun tidak terjadi pembuahan , ada pula
kalanya bakal biji dapat berkembang menjadi biji dengan didalamnya terdapat
pula lembaga, jadi sel telur dengan tidak di buahi dapat tumbuh menjadi
lembaga. Terjadinya lembaga dari sel telur tanpa pembuahan dinamakan parthenogenesis.
Pembentukan calon
tumbuhan baru (lembaga) yang di sertai dengan peristiwa perkawinan antara sel
telur dengan inti sperma, disebut : amfimiksis
(amphimixis), sedangkan pertumbuhan lembaga (calon tumbuhan baru) tanpa ada
nya peristiwa perkawinan terlebih dahulu, sebagai lawan amfimiksis disebut : apomiksis
(apomixes), jadi parthenogenesis adalah salah satu contoh peristiwa
apomiksis. Disamping parthenogenesis, masih ada peristiwa lain-lain yang dapat
di golongkan dalam apomiksis antara lain :
1.
Apogami, yaitu terjadinya lembaga dari salah satu inti
dalam kandungan lembaga, tetapi bukan dari sel telur, dan juga tanpa
perkawinan.
2.
Pembentukan lembaga
yang liar (embrioni adventif), yaitu jika terbentuk lembaga dari salah satu sel
pada bakal bii, diluar kandungan lembaga, misalnya dari sel nuselus atau sel
integumentum.
Telah diterangkan
bahwa yang dinamakan penyerbukan itu adalah jatuhnya serbuk sari pada kepala
putik. Berdasarkan asalnya serbuk sari
yang jatuh di kepala putik itu, penyerbukan dapat di bedakan dalam beberapa
macam, yaitu :
a.
Penyerbukan sendiri (autogamy) yaitu jika
serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga itu sendiri.
b.
penyerbukan tetangga (geitonogamy) yaitu jika serbuk sari yang jatuh di kepala
putik berasal dari bunga lain pada tumbuhan itu juga,
c.
Penyerbukan silang (allogamy, xenogami),
jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik itu berasal dari bunga tumbuhan
lain, tetapi masih tergolong dalam jenis yang sama,
d.
Penyerbukan bastar (hibridogamy), jika
serbuk sari berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang berbeda jenisnya, atau
sekurang-kurangnya mempunyai satu sifat beda. Pembastaran dapat dilakukan :
1.
Antara
dua tumbuhan yang berbeda parietas atau pembastaran antar parietas, misalnya
pembastaran antara pohon mangga golek dengan mangga gadung.
2.
Antara
dua jenis tumbuhan atau pembastaran antar jenis (species) misalnya pembastaran
antara pohon mangga dengan kuweni.
3.
Antara
dua jenis tumbuhan yang berbeda marga (genus) nya atau pembastaran antar marga.
Misalnya pembastaran antar Lombok dengan terong.
Pembastaran
di lakukan dengan tujuan memperoleh suatu keturunan baru yang mewarisi
sifat-sifat yang baik sedangkan sifat yang buruk di binasakan.
Telah disebutkan bahwa
penyerbukan sendiri sering kali dapat mengakibatkan munculnya kejala
degenerasi, sehingga dapat di cegah atau tidak di mungkinkan sama sekali
terjadinya penyerbukan sendiri. Hal itu
terbukti dari adanya hal-hal berikut :
a.
Tumbuhan
berumah dua (dioecus), artinya tumbuhan mempunyai bunga jantan dan bunga betina
yang letaknya pada dua individu yang berlainan dengan demikian satu-satunya
cara penyerbukan yang dapat terjadi adalah penyerbukan silang.
b.
Adanya
dikogami (dichogamy),artinya pada satu bunga kepala sari dan kepala putik tidak
bersamaan waktu masaknya. Berdasarkan perbedaan waktu masak antara kepala sari
dan kepala putik pada bunga yang memperlihatkan dikogami dapat dibedakan :
v Protandri atau
proterandri
v Protogini atau
proterogini
c.
Adanya
herkogami (hercogamy) yaitu jika pada bunga yang sempurna, duduknya kepala sari
dan kepala putik amat berjauhan satu sama lain.
d.
Adanya
heterostili (heterostily) dapat di bedakan dalam :
v Heterodistili
v Heterotristili
e.
Adanya
peristiwa kemandulan (sterilitas). Bunga yang mempunyai sifat ini walaupun di
serbuki, tetapi penyerbukan tidak di ikuti oleh pembuahan.
Baik pada penyerbukan
sendiri maupun pada penyerbukan silang, serbuk sari yang di hasilkan dalam
kepala sari itu oleh karena sesuatu hal, akhirnya akan sampai pada kepala
putik.
Gambar. Heterostili
Menurut vektor atau
perantara yang menyebabkkan dapat berlangsungnya penyerbukan, dapat di bedakan
dalam beberapa macam :
a.
Penyerbukan
dengan perantara angin, jika serbuk sari sampai pada bunga yang di serbuki
dengan perantaraan angin. Agar kemungkinan teradinya penyerbukan dengan cara
ini besar, dan dengan demikian dapat terjamin keturunan baru, bunga tumbuhan
yang bersifat anemofili. Oleh sebab itu penyerbukan secara anemofili lazimnya
akan terjadi pada tumbuhan yang mempunyai sifat-sifat bertikut :
1.
Menghasilkan
banyak sekali serbuk sari yang kecil, lembut serta kering tidak berlekatan,
hingga mudah sekali berterbangan kemana-mana jika tertiup angin,
2.
Kepala
putik mempunyai bentuk seperti bulu ayam atau seperti benang,
3.
Bunga
sreing kali tidak mempunyai hiasan bunga (kelopak dan mahkota) atau kedua
bagian bunga itu amat tereduksi,
4.
Kepala
sari tidak melekat erat pada tangkai sari,memudahkan berhamburannya serbuk sari
kemana-mana jika ada tiupan angin,
5.
Tempat
bunga tidak tersembunyi.
b.
Penyerbukan
dengan perantaraan air (hydrophy hewanly). Penyerbukan dengan cara ini hanya
mungkin terjadi pada tumbuhan yang hidup di air (hydrophyta), baik yang hidup
diair tawar maupun air laut.
c.
Penyerbukan
dengan perantaraan binatang (zoidiophyly). Dalam alam banyak sekali terjadi
penyerbukan silang yang berlangsung karena adanya pengaruh. Misalnya pada madu.
Berbeda dengan bunga yang bersifat anemofili. Bunga yang bersifat zoidofili
biasanya mempunyai ciri-ciri berikut :
1.
Mempunyai
warna yang menarik
2.
Menghasilkan
sesuatu yang menarik atau menjadi makanan binatang
3.
Serbuk
sari sering bergumpal-gumpal dan berperekat, sehingga mudah menempel pada tubuh
binatang yang mengunjungi bunga tadi.
4.
Kadang-kadang
mempunyai bentuk yang khusus, sehingga bunga hanya dapat dikunjungi oleh jenis
hewan tertentu saja.
Berdasarkan
golongan binatang apa yang dapat menjadi perantara penyerbukan ini, penyerbukan
zoidiofili dapat lagi dibedakan dalam :
v Penyerbukan dengan
perantaraan serangga, contohnya kupu-kupu, lebah, kumbang dan lalat.
v Penyerbukan dengan
perantaraan burung (ornitthophyly). Burungpun dapat menjadi perantaraan dalam
penyerbukan. Kita dapat menyaksikan sendiri bahwa pohon dadap ,pohon randu
hutan dan berbagai tumbuhan lainnya. Jika sedang berbunga ramai sekali dapat
kunjungan berbagai jenis burung,misalnya kutilang, cocak dan berbagai burung
madu dan burung-burung penghisap madu.
v Penyerbukan dengan
perantaraan kelalawar. Binatang ini juga dapat dianggap menjadi perantara
penyerbukan, terutama untuk pohon-pohon yang bunga mekar sore atau malam hari.
v Penyerbukan dengan
perantaraan siput (malacophyly), rupa-rupanya dari golongan siput ada pula yang
dapat menjadi perantara dalam penyerbukan.
G. Diagram Bunga
Diagram bunga ialah
suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong
melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang melintang
daun-daun kelopak tajuk bunga,
benang sari, dan putik. Perlu
diperhatikan, bahwa lazimnya, dari daun-daun kelopak dan tajuk bunga di
gambarkan penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedangkan dari benang
sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang
bakal buahnya. Dari diagram bunga itu selanjutnya dapatdiketahui pula
jumlahmasing-masing bagian bungatadi dan bagaimana letak dan susunannya antara
yang satu dengan yang lain.
Dalam diagram bunga,
masing-masing bagian harus digambarkan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin
dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan lambing yang sama. Jika kita
hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal berikut :
Ø
Letak
bunga pada tumbuhan dalam hubungannya dengan perencanaan suatu diagram, kita
hanya membedakan dua macam letak bunga :
·
Bunga
pada ujung batang atau cabang (flosterminalis).
·
Bunga
yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris),
Ø
Bagian-bagiann
bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam berapa lingkaran,
Gambar . cara membuat diagram
bunga
Jika dari bunga yang hendak kita
buat diagramnya telah kita tentukankedua hal tersebut, kita mulai dengan
membuat sejimmlah lingkaran yang kosentris, sesuai dengan jumlah lingkaran
tempat duduk bagian-bagian bunganya.
Dalam menggambar
bagian-bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah :
Ø
Berapa
jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
Ø
Bagaimana
susunannya terhadap sesame, bebas satu sama lain,bersetuhan tepinya.
berlekatan, atau lain lagi.
Ø
Bagaimana
susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap
daun-daun tajuk bunga, benang sari, dan daun-daunbuah penyusun putiknya)
:berhadapan atau berseling, bebas atau berlekatan dan seterusnya.
Ø
Bagaimana
letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.
Ternyata, bahwa
seringkali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian yang setangkup
(simetrik). Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang/cabang. Tidak dikenal
bidang mediannya, disebelah atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar
penampang melintang batang (Karena pada bunga yang demikian batang itu akan
bersambung dengan tangkai bunga).tetapi pada sebelah bawah biasanya masih
ditambahkan gambar penampang melintang daun pelindung (jika ada).
Jadi dengan demikian,
pada suatu diagram bunga tidak hanya kita ketahui hal-hal yang menyangkut
bagian-bagian bunganya saja. tetapi juga dapat diketahui mengenai letaknyanpada
tumbuhan. Bagian-bagian lain pada bunga yang seringkali terdapat menjadi ciri
yang khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan
pada diagram bunga antara lain :
Gambar.
a. diagram bunga aksilar
b.
diagram bunga terminal
Ø
Kelompak
tambahan (epicalyx), umum terdapat pada tumbuhan suku Malvaceae, misalnya :
kapas, kembang sepatu.
Ø
Mahkota
(tajuk) tambahan (corona), yang biasa terdapat pada suku Asclepiadaceae,
misalnya : biduri.
Dikemukakan pula dalam
membicarakan perihal bagian-bagian bunga, bahwa ada bagian-bagian bunga yang
mengalami metamorphosis atau tereduksi atau lenyap sama sekali. Bertalian
dengan soal ini dalam menyusun diagram bunga kita dapat berpendirian :
Ø
Hanya
menggambarkan bagian-bagian bunga menurut apa adanya,
Ø
Membuat
diagram bunga yang tidak hanya memuat bagian-bagian yang benar-benar ada,
tetapi juga menggambarkan bagian-bagian yang sudah tidak ada, namun menurut
teori seharusnya ada.
Dengan demikian kita dapat
membedakan dua macam diagram bunga :
Ø
Diagram
bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga yang
benar ada, jadi menggambarkkan keadaan bunga yang sesungguhnya.
Ø
Diagram
teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga
yang sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi, tetapi
menurut teori seharusnya ada.
H. Rumus Bunga
Kecuali dengan
diagram, susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri
atas lambing-lambang, huruf-huruf, dan angka-angka,yang semua itu dapat
memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya.
Lambang yang dipakai
dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang bertalian dengan simetrinya
atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama bagian-bagian bunga
. disamping itu masih terdapat lambang-lambang lain lagi memperlihatkan hubungan
bagian-bagian bunga atau sama lain.
Oleh suatu rumus bunga
dapat ditunjukan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut :
1.
Kelopak,
yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx), yang merupakan
istilah ilmiah untuk kelompak.
2.
Tajuk
atau Mahkota, yang dinyatakann denga huruf C singkatan kata corolla (istilah
ilmiah untuk mahkota bunga).
3.
Benang-
benan sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan kata androecium (istilah
ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga).
4.
Putik,
yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium (istilah ilmiah untuk
alat-alat kelamin betina pada bunga).
Jika kelopak dan
mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain
untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P, singkatan kata perigonium
(tenda bunga). Dibelakang huruf-huruf tadi lalu ditaruhkan angka-angka yang
menunjukkan jumlah masing-masing bagian tadi, dan diantara dua bagian bunga yang digambarkan dengan huruf dan angka
itu ditaruh koma.
Jika misalnya
mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi
dari sehelai daun buah, maka rumusnya adalah :
K5, C5, A10, G1.
(bunga merak : Caesalpinia pulcherrima Swartz)
Didepan rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukan
simetri bunga. Biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri. Yaitu * untuk
bunga yang bersimetri banyak. Dan tanda ↑ untuk bunga yang bersimetri satu.
Jadi dalam hal dalam bunga merak, yang bersifat zigomortf, rumusnya menjadi :
↑ K5, C5, A10, G1.
Sedangkan bunga lilia
gereja yang bersifat akinomorf rumusnya menjadi :
*P6, A6, G3.
Selain lambang
menunjuk simetri pada rumus bunga dapat pula ditambahkan lambang menunjukan jenis
kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai lambing : ¤ untuk bunga jantan dipakai lambing :Ô.
Dan untuk bunga betina :ο, lambing jenis kelamin ditempatkan didepan lambang simetri. Contohnya :
¤ ↑ K5, C5, A10, G1
dan
¤ * P6, A6, G3.
Huruf yang menunjukkan
bagian yang tersusun dalam lebih dari pada
satu lingkaran harus ditaruh 2 kali yang menunjukkan jumlah bagian dalam
tiap lingkaran dengan tanda + (tanda tambah) diantara kedua angka tadi.
Contohnya :
¤ ↑ K5, C5, A5 + 5, G1
dan
¤ * P3 + 3, A6, G3
jika bagian-bagian
bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran itu berlekatan satu sama
lain, maka yang menunjukan jumlah bagian bersangkutan ditaruh dalam kurung,
contonya :
¤ ↑( K5), C5, A5 + 5,
G1 dan
¤ * (P3 + 3), A6, G3
Karena pada bunga
merak daun-daun kelopaknya berlekatan satu sama lain, sedangkan pada bunga
lilia gereja yang berlekatan daun-daun tenda bunga dan daun-daun buaahnya. Ada
untuk kalanya yang berkelekatan adalah dua macam bagian bunga, misalnya :
benang-benang sari dan dau-daun mahkota, seperti terdapat pada bunga waru.
Dalam keadaan demikan yang ditempatkan dalam kurung adalah kedua huruf beserta
angkanya menunjukkan kedua macam bagian bunga yang berlekatan tadi. Untuk
jelasnya rumus bunga waru tadi adalah :
¤ * K5, [ C5, A(∞) ],
G(5)
Jadi bunga waru yang
kita dapaati banyak benang sari yang berlekatan satu sama lain dan seluruhnya berlekatan lagi dengan
daun-daun mahkota.
Selain lambang-lambang
yang telah diuraikan diatas, dalam menyusun suatu rumus bunga masih ada lambang
lain lagi, ialah lambang untuk menyatakan duduknya bakal buah (jadi juga
putiknya). Untuk bakal buah yang menumpang, dibawah angka menunjukan jumlah
daun buah, dibuat suatu garis (bilangan yang menunjukan jumlah daun buah
terletak diatas garis), sedangkan untuk bakal buah tenggelam, garis ditaruh
diatas angka tadi. Untuk bakal buah yang setengah tenggelam tidak ada tanda yang khusus, atau
dapat ditafsirkan sebagai setengah tenggelam, jika untuk bakal buah tidak ada
pernyataan menumpang atau tenggelam.
Dengan demikian, jika
dari kedua contoh bunga diatas kita harus membuat rumus bunga yang lengkap,
rumus tadi akan menjadi seperti berikut :
¤ ↑ k(5), C5, A5+5, G1
¤ * P(3+3), A3 + 3, G (3)
Setelah kita pahami
hal-hal yang menyangkut soal rumus bunga, dapat sekarang keadaan kita balik,
artinya jika kiita melihat kedua rumus bunga diatas, maka dapat kita bayangkan,
bahwa :
§ Bunga merak adalah
bunga yang banci,zigomorf, mempunyai 5 daun kelopak yang berlekatan satu sama
lain, 5 daun mahkota yang bebas, 2
lingkaran benang sari dengan 5 benang
sari dalam masing lingkaran, bakal buah yang terjadi dari sehelai saun buah
yang duduknya menumpang,
§ Buunga lilia gereja
adalah bunga banci, aktinomorf, mempunyai 6 daun tenda bunga yang tersusun dalam
2 lingkaran tetapi ke 6 daun tenda bunga tadi berlekatan satu sama lain, 6
benang sari yang tersusun dalam dua lingkaran dan satuu bakal buah yang
menumpang dan terjadi dari 3 daun buah yang berlekatan.
Mengingat bahwa, urutan-urutan
bagian bunga sifatnya tetap, maka dalam menyusun suatu rumus bunga, huruf-huruf
yang merupakan singkatan nama bagian bunga tadi sering ditiadakan juga lambang
jenis kelamin seringkali ditiadakan, karena jenis kelamin itu dapat terlihat
pula dari rumus ialah : jika ada benang sari maupun putik, bearti bunga itu
bersifat banci, tetapi jika di belakang A kita dapati angka 0 bearti bunganya
betina, sebaliknya jika dalam rumus tertera G 0, bearti bunganya adalah bunga
jantan. Dengan ini rumus bunga merak misalnya, dapat kita sederhanakan menjadi
:
↑ (5), 5, 5 + 5, 1
Jika kita membandingkan diagram
dengan rumus bunga pada diagram dengan rumus bunga, pada diagram lebih banyak
tercantum keterangan-keterangan mengenai susunan bagian-bagian bunga, hanya tak
dapat diketahui pada diagaram bunga
bagaimana letaknya bakal buah, menumpang, tenggelam, ataukah setengah
tenggelam.
Dibawah ini diberikan berbagai
contoh diagram beserta rumus bunga berbagai jenis tumbuhan yang tergolong dalam
beberapa suku tumbuhan yang lazimnya sudah terkenal.
§
Suku
Palmae (Arecaceae) misalnya kelapa (cocos nucifera L.)
Ô K 3, C 3, A(6), G 0
Ο K3, C 3, A 0, G (3)
§
Suku
Gramineae (Poaceae), misalnya padi (Oryza sativa L.)
¤ ↑ K 1 + (2), C 2 +0,
A 3, G 1
§
Suku
Cannaceae, misalnya bunga tasbih (Canna indica Hort.)
¤ K 3, C 3, A 5, G (3)
§
Suku
Orchidaceae, misalnya anggerik bulan (Phalaenopsis amabilis Bl.). yang hanya
mempunyai 1 benang sari yang subur, dan anggerik kusut (Cypripedium javanicum
Rainw.) yang mempunyai 2 benang sari yang subur :
¤ ↑ P 3, + 3, A 1 + 0,
G (3)
¤ ↑ P 3 + 3, A 1 + 2,
G (3)
§
Suku
Liliaceae, misalnya kembang sungsang (Gloriosa superb L.)
¤ * P 3 + 3, A 3 + 3,
G (3)
§
Suku
Popilionaceae, misalnya orok-orok, kembang telang (Clitoria ternatea L.)
¤ ↑ K (5), C 5, A 1 +
(9), G 1
§
Suku
Malvaceae, misalnya kapas (Gosssypium sp.), waru (Hibiscus tiliaceus L.) dll
¤ * K (5), [C 5, A
(∞), G (5)
§
Suku
Bombacaceae, misalnya kapok randu (Ceiba pentandra Gaertn.), durian (Durio
zibethinus L.)
¤ * K (5). C 5, A (∞),
G (5)
§
Suku
Solanaceae, misalnya : kecubung (Datura metel L.), tembakau (Nicotiana tabacum
L.), dll.
¤ ↑ K (5), C (5), A 5,
G (2)
§
Suku
Cruciferae (Brassicaceae), misalnya lobak (Raphanus sativus L.)
¤ * K 4, C 4, A 2, +
4, G (2)
§
Suku
Nyctaginaceae, misalnya bunga pagi sore (Mirabbilis jalapa L.)
¤ * K 5, C (5), A 5, G
(5)
Gambar. a. diagram bunga jantan pada palma
(palmae)
b. diagram bunga betina pada palma (palmae)
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan makalah
ini maka dapat ditarik tiga kesimpulan, antara lain, Bagian bakal buah yang menjadi pendukung
bakal biji atau menjadi tempat duduknya
bakal-bakal biji dinamakan tembuni (placenta). Letak tembuni (jadi juga bakal
bijinya) di dalam bakal buah berbeda-beda. Bagaimana proses terbentuknya penyerbukan dan
pembuhan pada bunga,dan kita bisa menentukan jenis/cirri-cirinya dengan
menggunakan rumus maupun diagram bunga.
B. Saran
Pembaca dapat menggunakan makalah
ini untuk menambah pengetahuan tentang Morfologi Tumbuhan..Sehingga pembaca
dapat memperluas pengetahuan mengenai Morfologi Tumbuhan.
Agar kita mampu mengenal cara-cara mengklasifikasikan berbagai macam tumbuhan.
Agar kita mampu mengenal cara-cara mengklasifikasikan berbagai macam tumbuhan.
No comments:
Post a Comment