Followers

Monday, June 25, 2012

Pengertian Asam dan Basa

Deposisi Asam
Dampak dari pesatnya kemajuan zaman adalah majunya penemuan yang dilakukan manusia saat ini. Kemajuan tersebut dapat dilihat dengan banyaknya industri-industri modern yang berkembang diseluruh dunia serta penggunaan alat transportasi secara besar-besaran. Konsekuensi dari kemajuan tersebut adalah besarnya zat pencemar atau polutan yang tersebar di udara. Zat-zat polutan di udara ini tentu akan berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara. Salah satu dampaknya ialah dengan terjadinya hujan asam.
  
Pengertian Asam dan Basa

Secara mudah hujan asam dapat diartikan turunnya asam dari atmosfer ke bumi. Hujan disini tidak selalu diartikan dengan kondisi air atau basah, karena hujan asam dapat terjadi pada kondisi kering dan kondisi basah yang kemudian dikenal dengan deposisi (penurunan/pengendapan) asam.

Untuk dapat mengukur keasaman hujan asam digunakan pH meter. Air murni menunjukkan pH 7,0, air asam memiliki pH kurang dari 7 (dari 0-7), dan air basa menunjukkan ph lebih dari 7 (dari 7-14). Air hujan normal memang agak asam, pH sekitar 5,6 karena karbon dioksida (CO2) dan air bereaksi membentuk carbonic acid (asam lemah). Jika air hujan memiliki pH dibawah 5,6 maka dianggap sudah tercemari oleh gas mengandung asam di atmosfer. Hujan dikatakan hujan asam jika telah memiliki pH dibawah 5,0. Makin rendah pH air hujan tersebut, makin berat dampaknya bagi mahluk hidup
Sumber Deposisi Asam
Tanpa kita sadari dalam kehidupan sehari-hari aktifitas kita turut andil menyumbang terjadinya hujan asam di atmosfer udara kita. Selain penggunaan alat transportasi yang berlebihan, membakar sampah pun dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap proses deposisi asam disekitar kita.
Dampak dari terjadinya deposisi asam tersebut dapat kita lihat pada rusaknya kondisi berbagai benda disekitar kita, antara lain keroposnya besi atau rusaknya strukur bangunan.
Sumber Deposisi Asam - Sumber Bahan Pencemar

Deposisi asam merupakan kondisi dimana udara diatas kita mengandung senyawa asam yang biasanya berupa asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (NHO3). Asam sulfat berasal dari gas SO2 dan asam nitrat terutama dari gas NOx yang melalui proses fisik dan kimia di udara membentuk keasaman. Sumber zat SO2 dan Nox itu sendiri dapat berasal dari alam dan dapat juga karena aktifitas manusia. Berikut ini adalah berbagai aktifitas manusia yang turut andil dalam proses terbentuknya polutan (zat) pencemar pada proses deposisi asam :\
Sumber Deposisi Asam - Bahaya Pencemaran Asam


Deposisi asam dapat terdiri dari 2 jenis yaitu deposisi kering dan basah. Deposisi kering adalah peristiwa terkenanya benda dan molekul hidup oleh asam yang ada dalam udara. Daerah yang mengalami deposisi kering biasanya mempunyai ciri lalu lintas yang padat serta udara yang tercemar dari pabrik.
Sedangkan deposisi basah terjadi apabila asam di dalam udara larut ke dalam butir-butir air di awan, jika kemudian turun hujan dari awan itu, air hujannya akan bersifat asam.Kedua deposisi tersebut pada ambang batas tertentu menjadi sebuah ancaman bagi makhluk hidup antara lain :
  1. Merusak tanaman
  2. Gangguan pada sistem pernapasan
  3. Iritasi pada kulit
  4. Gangguan saraf
  5. Merusak logam
  6. Merusak bangunan (tembok, batuan)
Pencegahan Deposisi Asam

Menurut penelitian dari program PBB, Jakarta menempati urutan ketiga sebagai kota tercemar setelah Mexico City dan Bangkok. Sedangkan menurut penelitian lain pada sebuah badan konsultasi resiko ekonomi dan politik, Indonesia menempati uruan kelima sebagai negara tercemar setelah India, Cina, Vietnam dan Philipina. Deposisi asam sebagai sebagai sebagai salah satu bentuk pencemaran yang berbahaya, sudah saatnya kita harus mulai berperilaku bijak terhadap alam lingkungan sekitar kita.
Selain itu ada berbagai cara untuk dapat mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat deposisi asam, antara lain :
  1. mengurangi emisi gas buang (penggunaan pengubah katalik/catalyc converter)
  2. memperbanyak taman kota
  3. menata kembali kawasan industri
Deposisi asam adalah kata yang lebih tepat dari pada hujan asam untuk menggambarkan jatuhnya asam yang ada di atmosfer baik dalam bentuk gas maupun cairan ke tanah, sungai, hutan dan tempat lainnya melalui tetes air hujan, kabut, embun, salju, butiran-butiran cairan (aerosol) ataupun jatuh bersama angin.
Asam yang menjadi penyebab deposisi asam adalah hasil dari reaksi gas-gas SO2, NOx dan HCl. Dengan reaksi yang cukup banyak dan kompleks.

Jenis Deposisi Asam

  1. Deposisi kering adalah terendapkannya asam-asam yang ada di udara dan mengenai tanah, benda, dan makhluk hidup tanpa melalui air hujan. Biasanya deposisi jenis ini terjadi di area perkotaan dimana pencemaran udara karena kepadatan lalulintas dan didaerah sekitar kota tersebut.
  2. Deposisi Basah adalah turunnya asam-asam yang ada dalam udara melalui tetes air hujan, kabut, embun atau butiran-butiran cairan. Hal ini terjadi bila asam-asam di dalam udara larut kedalam butiran-butiran air di awan. Jika turun hujan dari awan ini, makan air hujannya akan bersefat asam. Peristiwa ini biasa disebut dengan rain-out. Selain itu deposisi basah juga terjadi bila hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam terlarut kedalam air hujan hingga sampai di permukaan bumi. Deposisi semacam ini biasa disebut wash-out. Deposisi basah dapat terjadi di daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran.

Dampak Deposisi Asam

Deposisi asam yang turun akan membasahi tanah dan benda-benda dipermukaan bumi, mengalir melalui sungai hingga ke danau atau rawa-rawa dan selanjutnya akan memberikan dampak yang negatif.
  1. Tanah. Pada tanah, deposisi asam akan menghilangkan nutrisi yang dibutuhkan dari tanah. Deposisi asam juga dapat membebaskan senyawa-senyawa beracun ditanah seperti almunium dan mercury, yang secara alamiah berada di tanah. Senyawa beracun tersebut dapat mengkontaminasi aliran air sungai dan ait tanah sehingga meracuni tumbuh-tumbuhan disekitarnya. Akan tetapi sebagian besar tanah termasih jenis alkali dan dapat menetralisir aam secara tidak langsung, tapi jenis tanah yang bukan alkali seperti di pegunungan yang bayak terkandung dari granit, maka tanah hanya dapat bertahan sebentar saja dari asam.
  2. Pepohonan. Dengan berkurangnya nutrisi tanah, deposisi asam dapat memperlambat pertumbuan pohon. Deposisi asam juga dapat langsung menyerang pohon dengan merusak lapisan lilin pada daun sehingga menyebabkan bintik mati berwarna kecoklatan. Akibat dari kerusakan daun tersebut, pepohonan akan kekurangan kemampuannya untuk ber-fotosintesis. Lebih jauh lagi, organisme hidup disekitar tumbuhan juga akan terkena penyakit bila mengkonsumsi dedaunan yang rusak tadi. Pepohonan pada dataran tinggi memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena dampak deposisi asam. Pepohonan pada daerah tersebut lebih sering kontak dengan awan yang mengandung asam. Salah satu kejadian terbutuk yang tercatat akibat deposisi asam ini adalah rusaknya setengah populasi tumbuhan di Black Forest bagian baratlaut Jerman.
  3. Pertanian. Sebagian besar pertanian tidak terkena dampak yang signifikan dari deposisi asam. Bagian tanah pada lahan pertanian bahkan mampu untuk menyerap dan menetralisir asam. Akan tetapi lahan pertanian pada dataran tinggi dan pegunungan dapat terkena dampak deposisi asam. Lapisan tanah yang tipis kurang mampu menetralisir asam. Petani dapat mencegah kerusakan tanaman dari asam dengan cara menambahkan serpihan batu kapur (limestone) untuk menetralisir asam. Atau bila sejumlah besar nutrisi telah hilang karena deposisi asam, petani dapat menambahkan pupuk yang kaya akan nutisi.
  4. Air Permukaan. Deposisi asam yang jatuh ketanah dan mengalir ke sungai, danau dan rawa akan menyebabkan kenaikan pH air permukaan tersebut. Beberapa kota besar seperti NewYork, Kanada bagian tenggara dan di Norwegia, air permukaannya telah menunjukkan pH dibawah 5 sebagai indikasi penceparan asam. Akibatnya, populasi akuatik air permukaan akan berkurang atau bahkan menghilang.
  5. Hewan. Deposisi asam dapat mempengaruhi hewan secara tidak langsung. Jika dalam suatu rantai makanan terdapat spesies yang peka terhadap asam, maka seluruh hewan yang memakan spesies tersebut akan terkontaminasi. Deposisi asam juga dapat membahayakan ekosistem air. Hewan-hewan kecil di air biasanya akan mati pada saat pH mendekati 6. Kodok masih dapat bertahan pada pH yang sedikit lebih asam, tetapi bila makanannya punah akibat asam, maka populasi kodok-pun akan berkurang. Telur-telur ikan tidak akan menetas pada pH mendekati 5 dan apabila pH mencapat 4,5, maka air akan steril dan tidak bisa mendukung kehidupan disekitarnya.
  6. Manusia. Keasaman pada air permukaan hanya berdampak kecil pada manusia secara langsung. Bahkan masih dikatakan aman untuk berenang di danau yang paling asam sekalipun. Akan tetapi, secara tidak langsung deposisi asam akan menghanyutkan polutan mercury dari tanah dan akan meracuni ikan yang dikonsumsi manusia. Diudara, asam yang bereaksi dengan senyawa lain akan menyebabkan kabut polusi (urban smog) yang mengakibatkan iritasi pada paru-paru, asthma, bronchitis dan penyakit pernapasan lainnya. Partikel solid dari sulfat akan sangat merusak paru-paru bila terhirup.
  7. Bangunan. Deposisi asam baik basah maupun kering dapat merusak bangunan, patung, kendaraan bermotor dan benda yang terbuat dari batu, logam atau material lain bila diletekkan diarea terbuka untuk waktu yang lama. Kerusakan akibat korosi ini terbilang mahal apalagi bila terjadi pada kota-kota bersejarah. Kuil-kuil di Athena, Yunani dan Taj Majal di India kini mulai rusak akibat polusi asam.

Upaya Mengendalian Deposisi Asam

Cara terbaik untuk mengurangi deposisi asam adalah dengan mengurangi jumlah SO2 dan NOx yang dikeluarkan oleh pabrik, kendaraan bermotor dan pembangkit listrik. Jalan lan untuk mengurangi deposisi asam adalah dengan mengganti bahan bakar yang lebih bersih dari SO2 dan NOx. Pengurangan kandungan sulfur dari minyak bumi dan batubarajuga dapat dilakukan sebelum diolah menjadi bahan bakar. Penggunaan Air Scrubber dan catalytic converter juga bermanfaat untuk mencegah polutan terbebas ke udara. Bila deposisi asam telah terjadi, bubuk batu kapur dapat digunakan untuk menetralisir asam. Di Norwegia dan Swedia, danau-danau diberi perawatan khusus untuk menetralkan asam. Diperkotaan, permukaan benda dapat dilapisi oleh cat anti asam untuk mengantisipasi kerusakan.
Perjanjian Internasional juga dijadikan acuan agar berbagai negara lebih disiplin terhadap pengeluaran polusinya. Kanada tercatat menerima sekitar 50 persen polusi asam dari US. Norwegia dan Swedia juga menerima polusi asamnya dari Inggris, Jerman, Polandia dan Rusia. Sebagian besar polusi asam i Jepang juga datang dari Cina. Pada tahun 1988, disponsori oleh PBB, 24 negara menandatangani perjanjian untuk mengurangi emisi NOx. Tahun 1991, US dan Kanada menandatangani perjanjian batasan polusi SO2 dari industri negaranya. Tahun 1994 di Oslo, Norwegia, 12 negara Eropa menyetujui untuk mengurangi emisi SO2 hingga 87 persen ditahun 2010.Langkah legislatif tersebut membawa hasil yang cukup baik untuk mengurangi deposisi asam. Dilaporkan bahwa Emisi sulfur di Eropa berkurang mencapai 40 persen dari tahun 1980 hingga 1994. Pada tahun yang sama, polusi SO2 di Norwegia juga turun 75 persen. Emisi SO2 tahunan US turun dari 26 juta ton menjadi 18,3 ton pertahunnya sejak tahun 1980. Kanada juga melaporkan emisi SO2 nya berkurang menjadi 2,6 juta ton.
Sumber Deposisi Asam – Bahaya Pencemaran Asam
Deposisi asam dapat terdiri dari 2 jenis yaitu deposisi kering dan basah. Deposisi kering adalah peristiwa terkenanya benda dan molekul hidup oleh asam yang ada dalam udara. Daerah yang mengalami deposisi kering biasanya mempunyai ciri lalu lintas yang padat serta udara yang tercemar dari pabrik.

Sedangkan deposisi basah terjadi apabila asam di dalam udara larut ke dalam butir-butir air di awan, jika kemudian turun hujan dari awan itu, air hujannya akan bersifat asam.
Pencemaran suara dapat ditimbulkan oleh adanya suara bising yang disebabkan oleh suara mesin pabrik, mesin penggilingan padi, mesin las, pesawat, kendaraan bermotor yang berlalu-lalang, dan suara kereta api sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep 48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
1 ) Jenis-Jenis Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan ada empat macam, yaitu:
a) kebisingan yang terus-menerus dengan jangkauan frekuensi yang sempit, misalnya, mesin gergaji;
b) kebisingan yang terputus-putus, misalnya, suara arus lalu lintas atau pesawat terbang;
c) kebisingan impulsif, misalnya, tembakan, bom, atau suara ledakan;
d) kebisingan impulsif berulang, misalnya, suara mesin tempa
2 ) Dampak Pencemaran Suara (Kebisingan)
Suara-suara bising ini dapat menyebabkan terganggunya pendengaran manusia. Selain itu, lama-kelamaan suara bising ini akan menimbulkan berbagai keluhan pada tubuh kita, misalnya, pusing, mual, jantung berdebar-debar, sulit tidur, badan kaku, dan naiknya tekanan darah.
Tingkat kebisingan atau ukuran energi bunyi dinyatakan dalam satuan desiBell (dB). Pengukurannya menggunakan alat yang bernama Sound Level Meter.
arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang
disebut desibel (dB).
Sumberke bis inga n dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam :
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan akibat aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan akibatgetaran dari aktifitas peralatan kerja. 3.Pressure-
reducing valve (pergerakan udara, gas dan cairan)
Kebisingan yang ditimbulkan akibatpergerakan dari udara, gas, liquid /
cairan dalam kegiatan proses kerja industri (Sjahrul M. Nasri, 1997 : 10).
Jenis-jeniske bis inga n yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
1.Ke bis inga n yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state,
wide band noise),misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dll.
2.Ke bis inga n yang kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,
narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dll.
3.Ke bis inga n terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara kapal
terbang di lapangan udara.
4.Ke bis inga n impulsif (impact of impulsive noise), seperti pukulan tukul,
tembakan bedil atau meriam, ledakan.
5.Ke bis inga n impulsif
berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan
(Suma’mur P. K, 1996 : 58).
Nilai Ambang Batas (NAB)ke bis inga n adalah intensitask e bis inga n
dimana manusia masih sanggup menerima tanpa menunjukkan gejala sakitakibat
bising, atau seseorang tidak menunjukkan kelainan pada pemaparan atau
pemajananke bis inga n tersebut dalam waktu 8 jam per hari atau 40 jam per
minggu (A.M. Sugeng Budiono, 1992 : 295). NAB untukk e bis inga n di tempat
kerja adalah 85 dB(A) artinya tenaga kerja akan tetap aman bila terpapar
kebisingan pada 85 dB(A) selama 8 jam per hari dan 40 jam seminggu

No comments:

Post a Comment